Mohon tunggu...
Irfan Soleh
Irfan Soleh Mohon Tunggu... -

Bermimpi ingin jadi Pebisnis, Akademis dan Kiai. Pegiat Ekonomi dan Bisnis Syari'ah.

Selanjutnya

Tutup

Money

Wajah Perusahaan Pasca Ramadhan; akankah?

27 Juli 2014   10:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ramadhan di tahun 2014 ini sebentar lagi berakhir. Ramadhan-effect seharusnya tidak hanya merubah personal pemilik bisnisnya saja tapi juga harus merubah sisi ‘ruhiah’ perusahaannya. Nilai-nilai dan hikmah ramadhan harus terus diaplikasikan sehingga hasil gemblengan selama satu bulan bisa membawa perubahan positif pada bulan yang lainnya. Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari bulan ramadhan? Harus seperti apakah kondisi perusahaan pasca ramadhan?
Dari Salman al-Farisi Radiyallohu ‘anhu diceritakan bahwa Rasulullah SAW berkhutbah menjelang Ramadhan diantara isi khutbah beliau adalah “ siapa saja yang memberi buka kepada orang yang puasa dengan seteguk susu sebiji kurma atau seteguk air dan siapa orang yang mengenyangkan orang yang berpuasa maka Allah akan memberi minum dari telaga dengan satu tegukan yang menyebabkan tidak haus sampai masuk surga. Inilah bulan yang awalnya adalah Rahmah pertengahannya magfirah dan dan akhirnya pembebasan dari api neraka.
Petikan akhir riwayat diatas mengabarkan pada kita bahwa ada 3 fase dibulan ramadhan. Yang pertama adalah Rahmah atau kasih sayang Allah. Kenapa kasih sayang didahulukan? Menurut sebagian ulama karena Allah ingin membangun optimisme dan memberi harapan bagi mereka yang berat mengawali puasa. Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memotivasi umat-Nya untuk bersuka cita dan bersemangat melaksanakan ragam jenis ibadah dibulan ramadhan.
Dalam menjalankan bisnis pun sama semangat dan motivasi ibadah sangat diperlukan. Ia harus diniatkan lebih dulu sehingga setiap peluh dan keringat yang keluar menjadi ibadah. Seberat apapun rintangan bisnis pasti bisa dihadapi karena yakin akan Rahmat Allah SWT. Disamping itu, perusahaan pun harus bisa menebar rahmat pada stakeholdernya, sehingga aroma ibadah dan kebaikan selalu tercium ketika bersentuhan dengan perusahaan tersebut.
Fase kedua adalah Magfirah atau ampunan Allah. Fase ini mengajak kita untuk memuhasabah diri dan memohon ampun atas kesalahan yang kita perbuat. Karena bisa jadi kita terlena dalam buaian Rahmat Allah sampai-sampai kita lupa mensyukurinya dan tidak menggunakan nikmatNya sesuai dengan perintahNya. Perusahaan pun sama perlu ada evaluasi jangan sampai hanya tercurah pada peningkatan profit semata dan melupakan Dzat yang memberi keuntungan dan kelancaran dalam berbisnis.
Fase terakhir adalah pembebasan dari api neraka. pada fase ini kita diajak untuk menghindari dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kedalam api neraka. Setelah yakin akan Rahmat Allah, berupaya menebar rahmat pada sesama dan dilanjutkan dengan memohon magfiroh Allah, Perusahaan jangan lantas berhenti disitu tapi ia harus terus berupaya menghindari praktik bisnis yang dilarang oleh Allah. Misalnya menghindari Riba, gharar, Maysir dll.
Intinya pasca Ramadhan perusahaan harus naik kelas dan meraih gelar muttaqin. Indikatornya ketika pemilik, karyawan dan semua elemen yang terlibat dalam perusahaan tersebut semakin giat beribadah menjalankan praktik bisnis yang dibolehkan dan menjauhi praktik bisnis yang dilarang. orientasi Perusahaan tidak hanya profit semata tapi juga taqwa-oriented. Bisakah Rahmat, Magfirah dan Itqun Minannar tercantum dalam visi misi perusahaan? Dapatkah nilai-nilai tersebut teraplikasikan oleh semua stakeholders perusahaan pasca Ramadhan? Semoga...Amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun