Mohon tunggu...
Irfan Fauzi Rachmat
Irfan Fauzi Rachmat Mohon Tunggu... -

Membaca, Memahami, Mengikat Ide, dan MENULIS...!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selamat Tinggal "Saya Pamit"

12 September 2011   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi, selepas Upacara Bendera hari senin, terdapat sebuah perstiwa dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Akan dikenang selamanya, akan menjadi sebuah catatan sejarah tentang perjuangan atas nama pengabdian untuk pendidikan.

"Saya Pamit", itulah mungkin yang saya akan angkat dalam tulisan ini. Pamit dari semuanya, pamt dari aktvitas dan kegiatan yang membuat saya tersenyum. Pamit dari tempat yang penuh ilmu. Pamit dari rekan rekan guru yang dengan tulus selalu membimbng saya. Mereka semua telah Memberikan semangat dan cinta yang begitu nyata untuk saya, dan untuk SDN Bulak Lor II.

Hampir selama 1 tahun setengah, selama itu pula saya bermain, bercerita, dan belajar dengan semangat semangat anak anak SDN Bulak Lor II. Saya merasakan ada sebuah ketulusan dari mereka. Bagaimana mereka berceloteh, bagaimana mereka menyampaikan lelucon leluconnya. Dan semua itu akan saya rekam dalam memori otak ini. Sampai Kapanpun, dan Selamanya, saya akan terus mengenang tentang semangat dan cinta tulus Anak Anak SDN Bulak Lor II.

Menyampaikan salam perpisahan di depan anak anak adalah hal yang terberat. hal Yang terberat. Saya masih diberikan kekuatan untuk tidak meneteskan air mata. Pertanda tegas. Pertanda bahwa Pak Irfan pasti akan kembali.

Sungguh, tak ada niat untuk membuat mereka terluka, sungguh tak ada niat untuk membuat mereka menjad merana. Dan sungguh, tak ada niat untuk membuat mereka menjad sosok yang sedih akibat dari gurunya yang akan pergi. Pergi Untuk meninggalkannya adalah hanya sementara, Saya pergi untuk menjemput mimpi mimpi menjadi nyata. Merasakan kesedihan mereka dikelas, tangisan anak anak kelas IV adalah sesuatu yang membuat saya lebih semangat untuk tidak mengecewakan mereka.

Selamat Tinggal Anak Anakku..

Selamat Tinggal untuk semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun