Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Duhai NU dan Muhammadiyah, Jangan Umbar Amalmu Hanya untuk Membantah Pernyataan Pandji

22 Januari 2021   09:17 Diperbarui: 22 Januari 2021   09:26 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak komika Pandji Pragiwaksono membandingkan kebaikan FPI dengan NU dan Muhammadiyah, jujur, saya risih dan malas menanggapi sebetulnya. Sebagai seorang warga Muhammadiyah, saya juga gemes, kesal terhadap respon yang diberikan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia itu.

Dalam salah satu video yang diunggahnya tanggal 4 Januari 2021 di kanal Youtube-nya, Pandji membahas soal pembubaran FPI bersama dua rekannya. Dalam video tersebut, Pandji berpendapat bahwa FPI lebih dekat dengan rakyat ketimbang NU dan Muhammadiyah yang dianggapnya jauh dari rakyat karena sudah terlalu tinggi dan elitis.

Saya bukan kesal kepada Pandji yang berkata seperti itu, kalau masalah itu mah bodo amat. Tetapi, saya kesal terhadap respon yang diberikan NU dan khususnya Muhammadiyah. Kenapa?

Usai disebut "jauh dari rakyat" dan "terlalu tinggi dan elitis", dua ormas Islam terbesar di Indonesia itu malah repot-repot mempublikasikan bantuan atau kebaikannya di media sosial mereka. Duh, kalau kata saya, "enggak NU dan Muhammadiyah banget!".

Sebagai warga Muhammadiyah yang tinggal di lingkungan mayoritas NU, saya paham betul bagaimana dua ormas itu saling mengisi dan membangun negeri. Sependek pengalaman saya, saat Muhammadiyah memberi pelayanan hingga menyalurkan bantuan, selalu bekerja dalam diam. Saya yakin, NU 100% juga begitu.

Bukankah sebaik-baiknya amal adalah saat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu?

Saya punya pengalaman saat awal pandemi lalu. Saat itu saya membantu ibu saya menghitung dan menempel stiker sebagai tanda pada kardus berisi sembako yang akan disalurkan Pimpinan Ranting 'Aisyiyah kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Buat yang belum tahu, 'Aisyiyah adalah salah satu organisasi otonom Wanita Muhammadiyah.

Apakah dalam kegiatan penyaluran bantuan tersebut ada publikasinya? Ya, tentu ada. Namun, publikasinya sebatas diperuntukkan sebagai laporan, baik laporan administrasi maupun laporan kepada para donatur. Jadi, cukup dinikmati di dalam internal saja, tidak perlu koar-koar.

Nah, begitu Pandji mengatakan NU dan Muhammadiyah jauh dari rakyat, saya melihat sebagian pentolan kedua ormas tersebut, khususnya Muhammadiyah repot-repot mempublikasikan kegiatan amalnya di media sosial. Untuk apa? Sebagai bukti bahwa pernyataan Pandji salah?

Tanpa repot-repot meluangkan waktu dan memilih kegiatan bantuan mana yang perlu dipublikasikan, masyarakat juga sudah paham kok bagaimana peran dan sumbangsih NU dan Muhammadiyah kepada Indonesia. Bahkan, kalau dituliskan daftar kebaikan NU dan Muhammadiyah, waduh, jadi berapa buku itu?

Pada awalnya saya memilih diam sajalah, toh, banyak tokoh dan ulama dari kalangan NU dan Muhammadiyah yang justru tersenyum dibilang jauh dari rakyat. Namun, lama-lama saya jadi gemes terhadap respon beberapa warga NU dan Muhammadiyah menanggapi penyataan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun