Sudah setahun lebih semenjak Oktober 2019, saya memutuskan kembali menulis di Kompasiana. Sejak saat itu, arah atau topik tulisan saya fokuskan soal olahraga, khususnya sepak bola. Â
Selama setahun lebih perjalanan menulis tersebut, banyak suka dan duka yang sudah saya lalui. Periode tersulitnya terjadi saat pandemi Covid-19 menghantam pada Maret-April 2020 hingga menyebabkan hampir seluruh kompetisi sepak bola mandek.Â
Tidak ada suguhan tontonan sepak bola, artinya tidak ada bahan menulis. Sungguh, saat itu sangat sulit untuk membuat satu tulisan dengan topik sepak bola. Saya masih ingat, saat itu hanya beberapa kompasianer yang masih sanggup bertahan menulis di kategori bola.
Dua kompasianer yang paling saya ingat adalah Pak Hendro Santoso dan Hadi Santoso yang kerap kali saya panggil Bung Hadi. Keduanya tetap konsisten menyajikan bacaan olahraga teraktual, tapi tetap renyah walau saat itu topik yang tersedia ya drama di luar lapangan.
Saya masih ingat pula, pandemi justru memicu banyak kompasianer baru. Tak terkecuali para kompasianer yang mengisi kategori bola. Ada perasaan senang, tapi juga tersaingi, hehe.
Di awal tahun 2021 ini, bagaimana hasil pencapaian saya selama menulis di kompasiana?
Sebetulnya, saya sudah menuliskan pencapaian receh saya di artikel sebelumnya. Mungkin, bagi yang baru mengenal saya bisa membaca artikel lawas itu. Karena di sini bukan itu yang ingin saya ceritakan.
SILA BACA: 58 Artikel Berlabel "Headline" di Kompasiana, Ini Rahasianya!
Salah satu alasan utama saya kembali ke kompasiana akhir 2019 lalu adalah untuk meraup rupiah dari program K-Rewards. Jujur saja, memang mata duitan kok, hehe. Perlu waktu untuk mendapat hasil, tak ada yang instan. Jer basuki mawa bea!
Untuk mencapai tujuan tersebut, saya berlatih menulis 1 hari 1 artikel. Saya terus mengasah kemampuan itu, bahkan menantang diri untuk mampu menyelesaikan satu artikel dalam waktu satu jam. Kebiasaan itu saya lakukan setiap pagi dan batas maksimalnya pukul 9 pagi, karena setelahnya saya harus beraktivitas.
Berbulan-bulan saya lakukan pola tersebut, apalagi setelah berhasil mendapat honor. Namun, ternyata pola yang saya lakukan tidak cocok dengan kemampuan menulis saya yang masih cupu. Tujuan yang hendak dicapai ternyata berat dan itu membebani pikiran dan batin saya. Karena terpaku harus menulis setiap hari demi honor, ternyata membuat saya kehabisan ide dan bensin untuk menulis.
Saya pun dinasihati seorang kawan. "Tidak usah terlalu memikirkan label dan K-Rewards. Menulis saja apa yang kamu bisa dan jangan pikirkan berapa yang baca, berapa yang komentar. Hasil tidak akan mengkhianati usaha."