Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bedah Taktik Pioli dan PR Milan demi Pertahankan Rekor Sempurna

5 November 2020   07:51 Diperbarui: 5 November 2020   11:42 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gol salto Ibra saat bertamu ke Udinese. | foto: Twitter @acmilan

Sempurna! 24 laga tak terkalahkan. Untuk sementara memimpin klasemen Serie A dengan 16 poin hingga giornata 6. Memuncaki klasemen sementara Grup H Liga Europa dengan poin sempurna. Itulah kondisi AC Milan saat ini.

Terbaru, anak asuh Stefano Pioli berhasil menang 2-1 kala bertamu ke Udinese, Minggu (1/11) kemarin. Kemenangan tersebut memperpanjang rekor unbeaten Rossoneri menjadi 24 laga. Terakhir kali Milan menelan kekalahan terjadi pada 8 Maret lalu kala ditumbangkan Genoa 1-2 di San Siro.  

Siapa sangka, Pioli yang awalnya diragukan justru menjadi aktor penting di balik kebangkitan Milan. Pioli memang datang ke San Siro dengan nyinyiran. Catatan buruk menangani tim besar hingga belum pernah mencicipi trofi mayor jadi bahan untuk mencibir Pioli.

Pasca lockdown, racikan Pioli berhasil membuat Milan perkasa dengan tak tersentuh kekalahan selama 24 laga. Sebuah pencapaian luar biasa yang juga sukses membangkitkan gairah Milan sebagai raksasa sepak bola yang sempat tertidur lama.

Lalu, bagaimana taktik yang diterapkan Pioli di Milan? Berikut analisisnya.

Sebelum itu, perlu diketahui bahwa Pioli bukanlah pelatih filosofis/tipe pelatih yang punya set play (hafalan) tertentu seperti Guardiola, Conte, maupun Sarri. 

Rahasia utama taktik jitu Pioli adalah adanya pemahaman mendalam para pemain Milan terhadap taktik Pioli dan komunikasi pemain saat laga berlangsung.

Bisa dibilang, Pioli tak punya pakem tertentu seperti tiki-taka atau sarriball. Oleh karena itu, taktiknya di Rossoneri terbilang sulit ditebak, sebab anak asuhnya akan selalu merespons sesuai dengan kondisi dan taktik lawan, serta instruksi langsung dari Pioli di pinggir lapangan.

Para pemain paham betul harus bereaksi seperti apa dalam situasi tertentu. Ini jugalah yang membuat taktik Pioli bisa disebut dengan istilah situasional play. Nah, bagaimana sebetulnya penerapannya di lapangan?

1. High pressing dengan mengandalkan man-oriented press

Yang selalu terlihat dalam setiap laga Milan adalah high pressing yang dilakukan Ibra cs di area pertahanan lawan. Pemain Milan tak sekadar menekan bek lawan dengan intensitas tinggi, tetapi juga dengan kuantitas.

Pioli selalu menginstruksikan pemainnya untuk melakukan pressing tinggi di area pertahanan lawan menggunakan jumlah pemain yang banyak untuk menekan bek lawan. Tujuannya guna mencegah progresi serangan lawan. Apabila bola berhasil dimenangkan, bisa langsung berubah menjadi serangan balik.

Sistem pressing yang dipakai Milan untuk menekan penguasaan bola lawan adalah man-oriented press. Man-oriented press adalah sistem pressing yang digunakan untuk meredam serangan lawan dengan bergantung pada kemampuan individu pemainnya untuk memenangkan duel one-on-one.

Contoh high pressing dan man-oriented press yang dilakukan Milan saat derby versus Inter beberapa waktu lalu. | foto: tangkapan layar Youtube @Ruang Taktik
Contoh high pressing dan man-oriented press yang dilakukan Milan saat derby versus Inter beberapa waktu lalu. | foto: tangkapan layar Youtube @Ruang Taktik

2. Sistem bertahan solid

Selain mengandalkan man-oriented pressing dalam sistem pertahanannya, Milan terbilang punya pertahanan solid. Pertahanan Milan sangat kompak dan cair. Bila ada satu pemain yg menekan, satu pemain lain akan melakukan defensive cover, saling menutupi.

Sebagai contoh, saat Theo Hernandez menekan lawan dan meninggalkan posnya, Frank Kessie sebagai gelandang bertahan sering kali terhilat mundur mengisi posisi yang ditinggalkan Theo. Tak berhenti di situ, Ismael Bennacer akan bergerak pula mengisi area yang ditinggalkan Kessie.

Seperti yang sudah disinggung, ini adalah contoh situasional play dari taktik Pioli. Bila tim lain melakukan rotasi sesuai rencana, Pioli membuat pemainnya rotasi sesuai situasi yang terjadi di dalam lapangan.

Bek AC Milan seperti Simon Kjaer dan Alessio Romagnoli juga rajin overlap untuk meng-cover ruang antarlini (ruang antara bek dan gelandang) yang ditinggalkan double pivot Kessie-Bennacer yang kerap melakukan pressing ke pengatur serangan lawan.

Momen saat Romagnoli overlap menekan lawan, sementara Bennacer mundur untuk melakukan defensive cover. | foto: tangkapan layar Youtube @Ruang Taktik
Momen saat Romagnoli overlap menekan lawan, sementara Bennacer mundur untuk melakukan defensive cover. | foto: tangkapan layar Youtube @Ruang Taktik

3. Baik dalam transisi positif

Milan di bawah asuhan Pioli bukanlah tim yang bergerak berdasarkan hafalan. Seperti yang sudah disinggung di poin sebelumnya, Milan akan memberi respons sesuai situasi laga. Maka dari itu, Milan sebenarnya tak punya pakem skema serangan tertentu.

Akan tetapi, Milan saat ini jadi salah satu tim yang tampil atraktif. Bahkan semenjak liga dilanjutkan saat pandemi, Milan jadi salah satu tim paling produktif di Eropa. Koleksi 14 gol di 6 laga Serie A jadi buktinya.

Rahasia serangan Milan adalah baiknya mereka saat fase transisi positif. Fase ini adalah kunci dari serangan balik. Selepas sukses merebut bola, mereka akan cepat membangun serangan ke depan, bukan menahan bola dulu atau mengoper ke belakang.

Taktik Pioli membuat Milan cepat mengubah skema high pressing-nya menjadi sebuah peluang untuk mencetak gol saat dalam fase transisi positif. Dalam melakukan serangan balik, Milan juga mengombinasikan umpan pendek kaki ke kaki dan umpan lambung/silang. Sekali lagi, itu bergantung pada situasi di lapangan.

Momen gol Rebic saat laga vs Juve musim lalu. | foto: kompasiana.com/irfanpras (Dokumen Pribadi)
Momen gol Rebic saat laga vs Juve musim lalu. | foto: kompasiana.com/irfanpras (Dokumen Pribadi)
Efektifnya serangan Milan juga berkat rajinnya dua bek sayap Milan maju ke depan membantu serangan. Calabria, Theo, dan yang terbaru Dalot rajin overlap. Ini menambah opsi serangan Milan yang jadi lebih variatif.

PR untuk AC Milan

Walaupun lama tak tersentuh kekalahan, Milan bukanlah tim tanpa celah. Dalam beberapa pertandingan, celah tersebut masih kerap terlihat dan tak jarang menjadi titik incaran tim lawan.

Seperti yang terlihat dalam laga kandang melawan Udinese kemarin. Sepengamatan penulis, Pioli masih punya PR untuk membenahi skema serangan Milan, utamanya menghadapi tim yang punya skema blok pertahanan rendah.

Milan masih lemah dalam situasi ini. Terbukti, Hakan cs masih kesulitan menembus pertahanan Udinese, bahkan Milan butuh salto Ibrahimovic untuk memastikan 3 poin.

Dalam situasi tersebut, solusi paling instan adalah mengandalkan kemampuan individual pemain untuk menembus rapatnya pertahanan lawan. Inilah PR Milan berikutnya.

Gol salto Ibra saat bertamu ke Udinese. | foto: Twitter @acmilan
Gol salto Ibra saat bertamu ke Udinese. | foto: Twitter @acmilan
Dalam skuad Milan saat ini, bisa dibilang mereka kekurangan sosok pemain berlabel bintang. Milan adalah tim dengan rerata usia paling muda kedua di Eropa saat ini (24,5 tahun). Dalam kumpulan pemain muda itu, mungkin hanya kiper Gianluigi Donnarumma yang bisa dikategorikan sebagai pemain top.

Bagaimana dengan Ibrahimovic? Di usianya yang sudah 39 tahun, Zlatan membuktikan ia belum habis, bahkan masih bertaji. Tua-tua keladi kalau kata penikmat bola Indonesia. Sejauh ini, ia jadi topskor sementara Serie A dengan koleksi 7 gol.

Apakah Zlatan tak termasuk pemain berlabel bintang? Menurut hemat penulis, Zlatan adalah Zlatan! Ia tak cukup disandingkan dengan pemain lain atau minimal diberi label tertentu. Sebutan leader/panutan mungkin lebih pantas baginya. Ini bukan label, tapi penghargaan bagi Zlatan yang sukses menaikkan mental pemain muda Milan.

Zlatan datang pada Januari 2020 bersama Kjaer. Keduanya datang sebagai pemain senior di tengah kumpulan pemain muda. Terbukti, pembelian keduanya berhasil memberi pengaruh positif dalam hal taktikal dan utamanya mentalitas juara.

Dua pemain senior itu bahkan hampir pasti selalu jadi starter. Hanya cedera dan covid-19 yang bisa mengentikan keduanya menjadi pilihan utama Pioli. Masalahnya, sampai kapan keduanya mampu tampil 100%? Masalahnya lagi, Milan belum punya pengganti sepadan bagi Kjaer dan Zlatan.

Kabar baiknya, sudah muncul beberapa nama yang disiapkan untuk menjadi pelapis dan penerus keduanya. Terutama bek, nama Ozan Kabak, Mohamed Simakan, dan Nikola Milenkovic disebut kembali jadi incaran di bursa transfer musim dingin nanti.

Ini artinya, Milan sadar bahwa mereka tak boleh merasa aman dengan penampilan apik Kjaer di tiap laganya. Tengok saja bagaimana Liverpool terlalu nyaman dengan Van Dijk hingga mereka dibikin pusing ketika bek termahalnya itu diperkirakan absen panjang akibat cedera ACL.

BACA JUGA: Mengenal Cedera ACL dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental Pesepak Bola

Bagaimana dengan pemain bintang yang jadi kekurangan skuad Milan? Memang, proyek Gazidis di Milan saat ini adalah menjadikan Rossoneri kembali kuat dengan dihuni pemain-pemain muda potensial. Namun, semenjak Maldini ngotot merekrut Zlatan-Kjaer, perlahan Gazidis sadar akan kekurangan sosok pemain semacam mereka.

Sejak bursa transfer 2020, nama bintang Marseille, Florian Thauvin sudah jadi incaran Milan. Winger 27 tahun itu jadi bagian penting Marseille menembus babak final Liga Europa 2017/2018 dan ia juga masuk skuad timnas Prancis di Piala Dunia 2018.  

Thauvin akan jadi pengganti terbaik bagi Samu Castillejo yang belakangan kalah bagus dari Alexis Saelemaekers dan Brahim Diaz yang mulai menggeser posisinya. Pengalaman Thauvin di Liga Prancis, Inggris, dan tampil di Piala Dunia akan jadi tambahan amunisi bagus di lini serang Milan sekaligus menaikkan mental juara dalam skuad muda Rossoneri.

Ada dua opsi merekrut Thauvin. Membelinya pada bursa transfer musim dingin nanti /membelinya secara gratis di akhir musim mengingat kontraknya akan habis pada akhir Juni 2021. Selain Thauvin, Milan juga kepincut dengan penampilan apik Dalot dan Diaz.

Florian Thauvin, winger Marseille 27 tahun yang jadi incaran Milan. | foto: lique1.com
Florian Thauvin, winger Marseille 27 tahun yang jadi incaran Milan. | foto: lique1.com
Untuk Diaz, sepertinya manajemen ingin memoles pemain 21 tahun itu menjadi bintang baru Rossoneri. Kabarnya, opsi pertama Milan adalah menambah masa peminjamannya setahun dan menambah opsi beli di musim depan. Menurut Calciomercato, Madrid selaku pemilih Diaz tak mau melepasnya di bawah harga 25 juta euro.  

Sementara untuk Dalot yang diplot sebagai pelapis Theo Hernandez di pos bek kiri, agaknya sulit bagi Milan merekrutnya secara permanen. MU selaku pemilik Dalot tak mau melepas pemain serba bisanya itu.

Konsisten adalah ujian terdekat Milan 

Punya rencana masa depan adalah hal yang patut disyukuri para pendukung Milan. Manajemen paham betul untuk tak terlena dengan perjalanan hebatnya sejauh ini. Namun, cepat atau lambat ujian pasti akan datang.

Ujian bagi Milan dalam waktu dekat ini adalah konsistensi. Dalam sebuah kompetisi, konsisten adalah momok bagi tiap kontestan. Banyak yang tampil atraktif, tapi ujungnya tak juara/minimal justru menelan kekalahan menyakitkan.

Sebagai contoh ada RB Leipzig di Bundesliga musim lalu. Leipzig tampil hebat dan sempat memimpin klasemen selama 5 pekan (pekan 15-19), tapi di akhir musim mereka justru finish di posisi ketiga.

Terdekat, ada Atalanta yang bisa Milan jadikan contoh. Atalanta terkenal dengan gaya main menyerang. Statusnya juga sebagai tim terproduktif di Italia. Namun, tiba-tiba mereka kalah telak 0-5 dari tamunya Liverpool.

Milan bisa berkaca pada hasil di musim lalu kala kalah menyakitkan 5-0 dari Atalanta dan takluk 4-2 dari Inter walau sempat unggul 2-0 di babak pertama. Cepat/lambat, hasil minor bisa menghinggapi Milan. Permasalahannya adalah, bagaimana respons Milan usai menelan hasil buruk?

Segera bangkit dan tampil konsisten adalah hal yang ditunggu dari fansnya. Ke depan, ujian Milan bakal makin sulit dengan lawan-lawan yang makin sulit pula. Konsistensi adalah ujian terberat Milan saat ini dan untungnya Pioli juga mengakui bahwa rekor unbeaten belum berarti apapun.

"Kami belum melakukan apa pun, bahkan pertandingan kali ini (melawan Udinese) memberi tahu kami bahwa kami bisa berkembang. Saya tahu saya melatih tim yang solid dan kuat," tutur Pioli, seperti dilansir dari Football Italia via okezone.com

Semoga saja kebangkitan Milan di bawah Pioli benar-benar menemui akhir kesuksesan. Dan Milan yang bisa kembali ke tempat yang semestinya yaitu terus berada di top level dunia.

Sekian.
@IrfanPras  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun