Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kisahku CLBK dan Utang Budi dengan Kompasiana

28 Oktober 2020   10:32 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:39 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanya, ketika belahan jiwaku tahu hal itu, dia protes; "berarti sekarang ga lagi jatuh cinta dong?". Kami LDR, tapi lewat sambungan seluler aku tahu kalau dia ngambek, cemberut, pipinya merah, manis sekali (Ga paham ya? yah jomlo si wkwk). Aku pun kena sidang online saat itu juga, untung cuma sidang sekali.  

Menulis cerpen juga bisa, hanya belum mencoba saja. Dulu waktu sekolah, aku ingat pernah diberi tugas membuat cerpen, panjangnya maksimal 1 lembar kertas folio bolak-balik. Aku bisa menyelesaikannya, tapi merasa kalau kisahnya belum tuntas, jadi kepikiran jika aku (mungkin) punya bakat nulis novel, dasar halu.

Makanya, aku sering mampir membaca puisi-puisi Mbak Fatmi Sunarya, Ibu Lusy Mariana, Pak Ali Syams, Pak Katedrarajawen, dan Pak Rustian ya tujuannya untuk belajar. Tapi mohon maaf, aku jarang kan ngasih komentar, soalnya bingung mau komen apa. Kagum, kok bisa ya bikin puisi semudah dan seindah itu?

Jadi, tolonglah aku diajari menulis puisi dan cerpen. Bagi yang ikhlas bisa japri saja ya. Gausa basa-basi, aku juga baik kok, gak nggigit.

Karena curhatan ini sudah makin ngaco dan kurasa sudah terlalu panjang, maka segera diakhiri saja. Namun sebelum itu, aku mau sedikit memberikan pandangan. Ini adalah pengalamanku dulu waktu awal bergabung dengan Kompasiana.

Dulu, walau aku belum bikin artikel bola, aku sering mampir kesana. Tahukah pembaca kalau kolom komentar masa lalu itu ganas. Bagi penulis artikel bola, pengetahuannya akan diuji di kolom komentar, jadi kelihatan tuh mana yang menguasai, mana yang tidak alias asal comot berita lalu tulis ulang.

Bagiku, ketika artikelku mendapat komentar berupa nasihat, sanggahan, revisi, hingga kritik, aku malah suka. Itu artinya, pembaca benar-benar paham apa yang aku tulis. Terbaru, revisi dan tambahan informasi dari Pak Tonny Syiariel bahkan aku jadikan referensi untuk artikelku. Bermanfaat bukan?

Aku kangen masa-masa itu, dimana beda pendapat dan diskusi bisa tercipta di kolom komentar tanpa ada yang tersinggung. Komentar isinya tidak hanya menilai atau saling sapa saja. Ah mungkin ini gara-gara aku yang kurang rajin blogwalking, makanya followers-nya masih sedikit.

Yasudah, habis ini taubat dan jadi kompasianer yang baik deh.

Akhir kata, selamat ulang tahun Kompasiana. Terima kasih ya hadiah lomba blognya 2016 lalu. Kalau admin baca ini, tolong banyakin lomba blognya, biar aku makin semangat, hehe. Mungkin bisa juga lomba menulis khusus antarkompasianer, seru sepertinya. Semoga deh.   

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun