Sejatinya wacana melanjutkan liga telah dibicarakan sejak lama. Bahkan dilansir dari The Guardian, sekretaris budaya dan Menteri luar negeri Inggris menginginkan kompetisi sepak bola bisa kembali bergulir secepatnya. Sepak bola dianggap dapat memberi dampak ekonomi dan dapat mengangkat semangat bangsa.
Setelah ada izin dari pemerintah, kendala berikutnya adalah protokol kesehatan yang wajib dipatuhi. Ini tidak mudah, pasalnya NHS (UK National Health Service) pasti akan menerapkan aturan ketat. Aturan ini juga akan menyasar ke semua pihak yang bakal terlibat dalam liga.
Tidak hanya pemain dan pelatih, tetapi juga staf klub, ofisial pertandingan, wasit, pihak keamanan, bahkan jurnalis yang meliput pertandingan.Â
Permasalahannya adalah bagaimana mengembalikan sepak bola ke tempat yang aman dan dapat berjalan dengan risiko yang minim? Ingat, sepak bola tak bisa dipertandingkan tanpa kontak fisik.
Maka hal pertama yang harus dipastikan adalah kesehatan tiap pihak yang terlibat dalam liga. Tes Covid-19 menjadi suatu langkah awalnya. K-League dan Bundesliga bisa menjadi contoh bagi Premier League.
BACA JUGA: Korea Bangkit! Ini Profil dan Aturan Khusus K-League 1 Musim 2020
K-League menguji seluruh pemain, pelatih, dan ofisial pertandingan pada 1 Mei sebelum liga digelar seminggu kemudian. Sementara Bundesliga lebih ketat lagi. Seluruh pemain, pelatih, dan staf akan menjalani tes kesehatan seminggu dua kali, di mana salah satunya dilakukan sehari sebelum pertandingan.
Tetapi, Premier League punya masalah tersendiri. Menurut Paul McInnes, jurnalis The Guardian, dibutuhkan hingga lebih dari 40.000 tes selama kurang lebih 10 pekan.Â
Premier League masih harus menjalani 9-10 pekan pertandingan, ditambah masa persiapan kickoff ulang, maka jumlah tes yang dibutuhkan bisa lebih banyak.