Pemain yang akan berulang tahun ke-25 bulan Juli nanti itu lahir di kota Stuttgart. Ia memilki garis keturunan Pantai Gading dari ayahnya. Besar di kota Stuttgart, Gnabry menimba ilmu di tim muda Vfb Stuttgart dari usia 11 tahun hingga ia dibeli Arsenal di tahun 2011.
Semasa remaja, ia dikenal sebagai seorang pelari cepat. Bakatnya dalam berlari dan instingnya dalam mencetak gol menjadikan Arsene Wenger kepincut. Selain Arsenal, Gnabry juga rutin dipanggil timnas Jerman usia muda, mulai dari timnas U-16 hingga U-21.
Bisa dibilang ia adalah salah satu bakat muda terbaik Jerman kala itu. Memulai debutnya bersama Arsenal di musim 2012-2013, Gnabry masih sulit menembus starting eleven. Di musim itu ia hanya mencatat 1 penampilan di liga dan 1 penampilan di Liga Champions.
Musim keduanya bersama Arsenal berjalan lebih baik bagi Gnabry. Di musim itu ia juga berhasil menyumbang gol pertamanya bagi Arsenal di ajang Liga Inggris kala bersua Swansea City. Sepanjang tahun 2013, Gnabry bermain baik bagi Arsenal dan timnas Jerman usia muda. Hal itulah yang membuat ia secara mengejutkan masuk dalam nominasi Golden Boy Award. Namun di musim 2014-2015 ia harus absen sepanjang musim akibat cedera lutut parah.
Sepertinya cedera parahnya itu telah membuat performa Gnabry turun drastis dan membuat ia terbuang dari Arsenal. Arsenal memutuskan meminjamkannya ke West Bromwich Albion semusim kemudian demi memberinya menit bermain sambil berharap performanya membaik. Tetapi Gnabry gagal membuktikan performanya di WBA dengan hanya tampil sekali di liga dan di pertengahan musim Arsenal memutuskan menariknya dari masa pinjaman. Kembali ke Arsenal tidak membuat performa Gnabry membaik, ia masih sulit mendapat kepercayaan Wenger dan sulit menembus tim utama.
Akhirnya Gnabry memutuskan kembali ke Jerman dengan menerima pinangan Werder Bremen di musim panas 2016. Di Bremen ia tampil regular dan berhasil mencetak 11 gol. Performanya itulah yang membuat Bayern kepincut, namun berbeda dengan Arsenal yang langsung membawanya ke tim utama, Gnabry langsung dipinjamkan kembali ke Hoffenheim di musim 2017-2018. Lagi-lagi ia berhasil mencatat performa baik dengan torehan 10 gol dari 26 penampilan dan berhasil membawa Hoffenheim finish di posisi ketiga sekaligus membawa klubnya tampil di Liga Champions 2018-2019.
Akhirnya Gnabry baru resmi menjadi pemain Bayern di bulan Juli 2018. Di musim pertamanya bersama Bayern, lagi-lagi ia mampu menjaga performa bagusnya dengan catatan 10 gol di Bundesliga. Total di musim pertamanya bersama Bayern, ia mampu mencetak 13 gol diseluruh kompetisi dengan catatan penampilan sebanyak 42.
Menurunnya performa duet Robben-Ribery akibat usia dan cedera seperti menjadi berkah bagi Gnabry. Di bawah asuhan Niko Kovac, ia selalu menjadi andalan di sisi sayap Bayern. Di akhir musim ia bahkan menjadi pencetak gol terbanyak kedua dibawah Lewandowski. Dan seperti yang sudah kita lihat, Gnabry masih melanjutkan performa menawannya bersama Bayern di bawah asuhan Hans-Dieter Flick.
Dari Gnabry kita bisa belajar untuk tidak menyerah membuktikan diri. Sempat dicap flop oleh media dan penggemar, Gnabry justru menjelma menjadi pemain andalan dua musim terakhir. Tak hanya bagi klub namun juga negaranya. Penampilannya itu juga membuat fans Arsenal iri sebab dulu ia tak tampil seperti itu dibawah asuhan Wenger, penyesalan memang selalu datang di akhir.
Namun sepertinya Gnabry masih menjadi pendukung setia Arsenal walau ia sempat terbuang di sana. Buktinya selepas mengalahkan Chelsea di kandangnya ia melampiaskan euforianya di akun twitternya. Gnabry membuat cuitan "London still red.." sambil memuat foto-fotonya ketika merayakan gol. Gnabry memang selamanya tak bisa lepas dari kisahnya bersama Arsenal. Sebelumnya ia juga membuat cuitan serupa setelah membantai Spurs.