Mohon tunggu...
Irfan Ovede
Irfan Ovede Mohon Tunggu... -

Pelajar SMA di Madiun

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sabar ya, Nanti Kita Impor Rawon, Soto Daging,dan Rendang!

17 Juli 2013   12:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:25 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini baik di media cetak maupun elektronik ,semua membahas tentang kenaikan harga pangan yang disebabkan oleh  kelangkaan . Kelangkaan ini terjadi bisa karena dua hal yaitu terlalu tingginya permintaan dan stok ketersediaan komoditas yang jumlahnya minim. Kenaikan harga ini merata di hampir semua komoditi pangan. Semakin hari mereka bergerak "stabil" menuju angka yang lebih tinggi.

Yang paling mencolok adalah daging sapi,bawang merah,cabai. Menteri Gita Wiryawan telah memutuskan bahwa pemerintah akan mengambil kebijakan impor terhadap tiga bahan pangan ini.

Semenjak Pak Sapi (eh,pak LHI ) ditangkap dengan kasus super kerennya (bermain-main dengan harga daging), harga daging sapi terus menerus naik. Untuk daging sapi kita masih bergantung pada impor. Apa iya dengan negara seluas ini kita masih kesulitan untuk beternak Sapi ? Tidak,kita hanya terhambat di jalur distribusi. Tahukah anda ? di Indonesia timur khususnya Nusa Tenggara ,harga daging sapi disana justru "terjangkau" malah lebih terkesan mahal harga daging ayam daripada daging sapi bila dibandingkan dengan jawa . Tapi dengan realita sekarang , terlihat jelas bahwa sepertinya pemerintah mengalami kesulitan utk memindahkan "Stok Daging Sapi" dari Indonesia Timur menuju ke pulau jawa .Setelah kemarin pemerintah sukses mendaratkan 4 ton daging sapi dari Aunstralia,hari ini menko Hatta rajasa berkoar jika harga di 8 kota besar sudah menurun. meskipun hanya berapa persen kita berharap semoga harga daging sapi akan stabil terutama jelang lebaran.

Untuk bawang dan cabai menteri Gita Wiryawan mengatakan bahwa kenaikan ini murni karena keterbatasan pasokan bukan karena penimbunan. dan untuk mengatasinya Indonesia akan mengimpor setidaknya hingga akhir Juli .Sangat sulit dipercaya ,semakin tahun dan tahun terlewati justru Indonesia memiliki masalah dengan Cabai dan Bawang yg dulu merupakan barang "Murah" . Apa ini juga pengaruh dari menjamurnya produk sambal olahan yang beraneka macam pilihan rasa (Ektstra Pedas,Pedas Manis,Pedas ,Pedas di mulut manis di hati,Pedas di mata lain di hati, dll ) sehingga dengan peningkatan produksi menyebabkan permintaan akan cabai dan bawang terus mengalami kenaikan dan berimbas pada kelangkaan .

Setelah berita kanaikan harga sembako, kemarin petani garam di Madura juga gagal panen karena anomali cuaca. Hal ini menambah semrawutnya ketersediaan dan ketahanan pangan dalam negeri.

Kita tidak bisa mengelak bahwa dengan negara seluas ini kita masih sangat bergantung pada impor. Perlu kita cermati bahwa kebijakan impor merupakan kebijakan yang memiliki dampak "kurang baik" terhadap neraca. Apalagi jika nilai impor lebih besar dari ekspor itu artinya neraca dalam kondisi defisit . Apabila defisit maka kita akan membutuhkan sumber utang baru utk menutupnya sehingga merupakan dampak buruk bagi perekonomian

Jika harga daging melambung tinggi,cabai,bawang bahkan garam menghilang dari pasaran ,sepertinya tahun depan akan ada opsi bagi Indonesia untuk mengimpor RAWON,SOTO DAGING,dan RENDANG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun