Kemajuan industri perfilman diwarnai dengan variatifnya cerita serta karakter yang dimainkan oleh para aktor dan aktris kita. Kalau dulu peran orang dengan gangguan jiwa saja sudah merupakan tantangan yang cukup unik bagi pemerannya, kini beberapa karakter heroik, konyol, antagonis, menyeramkan muncul dalam balutan peran yang tak biasa. Salah satunya adalah peran Lastri si nenek gesit yang punya kemauan keras untuk belajar lagi di perguruan tinggi.
Seorang nenek berusia 70 tahun yang kembali memasuki ranah anak muda dalam pergaulan kampus dengan segala intriknya jadi kelucuan tersendiri yang ditampilkan film "Mahasiswi Baru". Â Selain daya tarik akting aktor dan aktrisnya, karakter unik ini menebarkan kekuatan karakter bagi pemeran utama lainnya di film ini. Sebuah peran yang melawan primordialisme di masyarakat tapi disuguhkan dengan cara yang ringan tapi penuh makna.
Yang membuat daya tarik dalam peran Lastri adalah sosok pemerannya yang adalah salah satu legenda perfilman di negeri ini. Widyawati, aktris senior yang dikenal dengan talenta aktingnya, kecantikannya serta romatismenya dengan almarhum sang suami, Sophan Sophian, menunjukkan totalitas aktingnya dalam peran Lastri.
Dipertemukan dengan Sophan Sophian pertama kali dalam film Pengantin Remaja dan membintangi film-film berikutnya yang nyaris semua bergenre romantis dan drama, Widyawati banyak memainkan peran protagonis dan karakter yang cenderung monoton, sebagai gadis, kekasih atau ibu yang bijak. Tapi di film Lastri ini Widyawati memerankan seorang nenek cantik yang lugu tapi keras kepala, seorang ibu yang 'membangkang' kepada anaknya. Hmmm... gimana ya? Aneh tapi ya lucu juga, hehehe... Karakter nenek nyentrik dalam film yang disutradarai Monty ini Tiwa benar-benar sukses membuat saya dan penonton lainnya terbahak-bahak sampai di akhir cerita. Belum lagi, Slamet Raharjo dialognya dalam beberapa adegan film ini cukup kenes dan konyol. Film seperti ini betul-betul penyegaran dari sekian film drama Indonesia yang tayang di bioskop.
Sebenarnya karakter antimainstream yang bisa jadi salah satu kekuatan film kita bisa juga dimainkan dengan memasangkan peran pada sosok yang karakter umumnya di film sebelumnya berbeda atau bahkan bertolak belakang. Â Peran 'di luar dugaan' ini juga dimainkan oleh Iqbal Ramadhan dalam film Bumi Manusia.
Aktor muda yang sebelumnya sukses memerankan tokoh remaja "Dilan" dalam film "Dilan 1990" dan film "Dilan 1991" harus berganti peran cukup ekstrim ke dalam karakter Minke yang merupakan bagian dari Tetralogi Buru karangan Pramoedya Ananta Toer yang sempat dilarang peredaran bukunya oleh pemerintah Orde Baru. Tokoh Minke yang adalah seorang dokter dan juga pendiri Sarekat Priyayi punya karakter yang matang, bijaksana dan suriteladan. Memang sih, ada kesamaan antara karakter Dilan dan Minke yaitu watak yang sama yaitu keras kepala. Tapi, kedua karakter dengan latar belakang cerita berbeda zaman cukup sulit diperankan dalam waktu berdekatan.
Film Indonesia perlu banyak sentuhan akrobatik karakter dan permainan peran. Semoga semakin banyak film Indonesia yang memainkan karakter dan cerita yang sulit ditebak, lucu atau punya kesan mendalam. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H