Mohon tunggu...
Irfan Kresnadi
Irfan Kresnadi Mohon Tunggu... -

Penggiat teknologi dan kesehatan :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

TOSS TB (Tuberkulosis): Bukan Hanya Tos-tosan

25 Maret 2017   15:26 Diperbarui: 25 Maret 2017   15:50 11091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
logo TOSS TB (sumber: http://www.tbindonesia.or.id/)

Keluarga merupakan lingkungan terkecil, terdekat, dan terspesifik bagi pasien untuk berinteraksi sehari-hari. Untuk itu, tidak salah memang jika Kementerian Kesehatan mencanangkan program dimulai dari lingkup terkecil. Mulai dari lingkup keluarga inilah kita bisa mengatasi berbagai masalah. Masalah kelalaian dalama minum obat, contohnya, dapat diatasi dengan Pengawas Menelan Obat (PMO) seperti pada iklan layanan masyarakat. Pengawas ini tentunya sangat tepat apabila merupakan anggota keluarga pasien sendiri.

Dengan menargetkan keluarga, kita juga dapat memberi dampak pada lingkup menengah. Keluarga merupakan kelompok dengan anggota yang cukup banyak yang apabila kita berikan kesempatan untuk menjadi kader-kader kesehatan di lingkungannya akan menimbulkan dampak berupa pencerdasan lingkungan tersebut. Contoh mudahnya, kita mencerdaskan seorang ibu yang aktif mengikuti arisan, maka ibu-ibu arisan akan tercerdaskan dan menyebarkannya ke keluarganya masing-masing.

Masalah yang lingkupnya diluar lingkup keluarga bukan berarti terabaikan begitu saja. Perbaikan dalam berbagai sektor sangatlah penting. Masalah seperti penyamarataan program di fasilitas kesehatan, distribusi OAT, pembiayaan dari anggaran daerah, dan hal lain yang juga sudah penulis sebutkan di atas memang bukan bagian dari peran masyarakat yang cukup awam tentang birokrasi seperti kita untuk menyelesaikannya. Namun, setidaknya kita dapat mendukung dengan mengawal terus masalah ini agar ketika keluar buku pedoman nasional pengendalian tuberkulosis edisi berikutnya, poin masalah ini sudah berkurang setidaknya dua hingga tiga poin.

Tak lupa bahwa tenaga kesehatan sendiri sebagai agen yang mengusahakan perubahan lingkungan menjadi lebih sehat juga berperan serta pada penanggulangan masalah tuberkulosis ini. Tenaga kesehatan merupakan lini kedua sebagai kelompok kedua yang posisinya terdekat dengan pasien setelah keluarga pasien sendiri. Tenaga kesehatan saat ini juga terkadang lalai, seperti dikatakan guru penulis pada tulisannya dimana tenaga kesehatan lupa menganjurkan pasien untuk berobat di puskesmas, padahal terdapat OAT gratis di sana. Sebagai lini kedua juga tenaga kesehatan dapat berperan lebih dalam mengontrol pasiennya layaknya seorang dokter keluarga. Dengan begitu, ada lapisan ganda yang senantiasa memastikan bahwa satu orang lagi akan sembuh ditangannya.

Bukan tidak mungkin

Menggapai cita-cita Indonesia bebas tuberkulosis pada tahun 2035 bukanlah angan belaka. Syaratnya, semua pihak bekerjasama, satu tujuan, satu arah, tanpa ego masing-masing dan bergerak bersama dalam menanggulangi penyakit yang amat meresahkan ini. Mungkin saja, suatu saat nanti, apabila masyarakat sudah terbiasa bahu-membahu untuk menanggulangi suatu masalah, semua masalah kesehatan terkait komunitas di Indonesia dapat diselesaikan.

Acuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun