Sejak ini dipuisikan,
Kau telah menjelma serangkaian aksara
Mengalir deras dalam nadiku
Dalam dekap, memeluk sukmaku yang begitu lirih
Â
Jika sekiranya langit hitam dan aurora berhenti menari
maka ketahuilah bahwa aku telah menyatukan serpihan purnama
yang siap menyapa senyum manis di wajahmu
lalu menghilangkan mendung di kedua bola matamu
Â
Sekiranya matahari tengah ketiduran
untuk membangunkan bumi beserta para pujangganya
Ketahuilah aku akan membawakan sekotak labirin beraroma mawar
Kemudian ku letakkan di sisi kiri telingamu,
dan memastikan  bahwa parasmu masih menjadi mahkota diantara para bunga
Â
Dan sekiranya rintik gerimis jatuh di  penghujung waktu
Kemudian berjeda ketika atap atap langit berwarna merah merona
aku tengah merangkai sebuah kata kata untukmu berteduh
sambil membaca dan menikmati jingga yang tak pernah ingkar dalam tahta setia
Â
apabila sekiranya tulisan ini tiba di relung hatimu
lalu kau baca namun kau tak simpan Â
sebagai sepotong kenangan kisahmu
ketahuilah setidaknya semesta tak berbohong
bahwa sabda rinduku tak pernah sebercanda itu
Muhammad Irfan Fauzi
Depok, 05 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H