Melalui sajak ini, aku akan mengingatmu
Meski hidup kian modern namun
Riuh kemacetan  menjadi sarapan berbaris di headline surat kabar
Korupsi, kriminalisasi dari lemahnya konstitusi hingga hak asasi
Bebaris kalimat ini, aku akan menuliskan namamu
Meski harus kukisahkan ada ribuan surat kabar dibredel
Berujung kekerasan yang buta hukum dan dalih semu sebuah keadilan
Disebabkan oposisi tanpa relasi, negosiasi, hingga omong kosong demokrasi
Sekumpulan kata ini, aku pun masih menuliskan namamu
Meski para kaum borjuis ceria melihat gedung berparas pesona
Sedang aku lebih mengaggumi tumbuhan terabaikan
Sebab disana aku leluasa untuk bercumbu denganmu melalui secarik puisi
Berbagai cerita ini, aku biarkan kau menari di penaku
Meski propaganda pesta rakyat menjadi trend topik
Berbondong bondong parpol siaga menyusun strategi
Merebut kursi sebuah pucuk kekuasaan negeri
Dan pada akhirnya aku, mengenangmu
Meski setiap harinya harga harga fluktuatif
Investor bertopeng malaikat menanamkan saham destruktif
Kapitalisme dan liberalisme yang dulu padam kini menjadi masif
Mari kita memberi satu untuk jadi genap
Jadi coba pahami ini , "kamu kemerdekaanku"
Ttd,
Muhammad Irfan Fauzi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H