Terdapat kabar menarik di dunia bisnis yang telah membuat gelombang kejutan di kalangan pelaku industri digital. Kejutan tersebut adalah pengumuman resmi tentang akuisisi bagian dari perusahaan e-commerce terkemuka, Tokopedia, oleh platform media sosial populer, TikTok. Langkah ini menandai strategi yang cerdik oleh TikTok dalam merespon potensi peluang pasar yang ada, serta menghadirkan dimensi kompetitif yang dinamis dalam industri teknologi.
Akuisisi ini menunjukkan ambisi TikTok untuk memperluas cakupan bisnisnya di luar ranah media sosial dan memasuki pasar e-commerce yang sedang berkembang pesat. Dengan mengakuisisi bagian dari Tokopedia, TikTok menggabungkan kekuatan platform media sosial yang telah sukses dengan infrastruktur dan basis pengguna yang kuat dari salah satu e-commerce terbesar di Asia Tenggara.
Salah satu manfaat utama dari akuisisi ini adalah sinergi yang dihasilkan antara TikTok dan Tokopedia. TikTok memiliki jangkauan global yang luas dan basis pengguna yang sangat besar, sementara Tokopedia memiliki ekosistem e-commerce yang mapan dan kuat di pasar regional. Dengan menggabungkan kekuatan keduanya, TikTok dapat memanfaatkan basis pengguna yang ada untuk memperluas penetrasi Tokopedia di kalangan generasi muda yang aktif di platform tersebut. Di sisi lain, Tokopedia dapat memberikan akses ke peluang bisnis e-commerce yang lebih besar kepada pengguna TikTok.
Upaya akuisisi yang dilakukan TikTok merupakan bagian dari Resource Based View. Barney J. B. (1991) "Firm resources and sustained competitive advantage" menjelaskan bahwa teori ini berfokus pada aset dan kapabilitas unik yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam konteks akuisisi, perusahaan yang mengakuisisi mungkin tertarik untuk memperoleh sumber daya atau kapabilitas yang dimiliki oleh perusahaan target yang dapat memberikan keunggulan kompetitif. Teori ini menekankan pentingnya analisis sumber daya dan kapabilitas perusahaan target dalam proses pengambilan keputusan akuisisi.
Langkah ini juga menunjukkan pentingnya adaptasi dan inovasi dalam menghadapi persaingan di era digital. TikTok, sebagai platform media sosial yang populer di kalangan anak muda, menyadari potensi pasar yang besar di sektor e-commerce. Dengan mengambil langkah untuk mengakuisisi bagian dari Tokopedia, TikTok secara aktif berupaya memperkuat posisinya di pasar yang semakin kompetitif ini, serta menjaga daya saingnya terhadap platform media sosial lainnya.
Untuk terus mengembangkan pasarnya, TikTok perlu merespon perubahan pasar yang sangat dinamis, strategi lainnya yang dapat digunakan adalah dynamic competitive teory. Strategi ini merupakan tools yang praktis bagi perusahaan untuk menavigasi persaingan, membuat keputusan strategis, dan pada akhirnya bertujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di industri masing-masing.
Ming-Jer chen 1996 dalam jurnalnya "Competitor Analysis and Interfirm Rivalry: Toward a Theoretical Integration" menjelaskan bahwa memahami dinamika persaingan sangat penting bagi perusahaan untuk menavigasi lanskap persaingan secara efektif. Hal ini membantu perusahaan mengidentifikasi peluang, mengantisipasi ancaman, dan membuat keputusan yang tepat untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dengan terus memantau dan menganalisis tindakan dan reaksi pesaing, perusahaan dapat menyesuaikan strateginya, membedakan dirinya, dan menciptakan nilai bagi pelanggan dalam lingkungan pasar yang kompetitif.
Namun, seperti halnya dengan setiap perubahan besar dalam industri, akuisisi ini juga menimbulkan pertanyaan dan tantangan. Integrasi antara platform media sosial dan e-commerce bukanlah tugas yang mudah, dan ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, termasuk kebijakan privasi, kepercayaan pengguna, dan pengalaman pengguna yang mulus. TikTok harus memastikan bahwa langkah ini tidak hanya menguntungkan bagi bisnis mereka, tetapi juga memberikan nilai tambah yang jelas bagi pengguna mereka.
Secara keseluruhan, langkah akuisisi TikTok terhadap bagian dari Tokopedia adalah langkah yang cerdik dalam merespon potensi peluang pasar. Dengan menggabungkan kekuatan platform media sosial yang sukses dengan infrastruktur e-commerce yang kuat, TikTok menunjukkan telah mengadopsi dynamic competitive dalam menghadapi persaingan di era digital. Namun, keberhasilan akuisisi ini akan tergantung pada kemampuan TikTok untuk mengintegrasikan kedua platform dengan baik dan memberikan nilai tambah yang signifikan kepada pengguna mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H