Hari Kebangkitan Nasional jatuh pada hari ini. Kita merayakan hari kebangkitan dengan kondisi sedang berpauasa plus pandemi yang belum ada tanda berkahir. Pergerakan jumlah pasien postif, hari ke hari naik secara signifikan. Rata-rata tiap hari, jumlah pasien postif konsisiten pada  angka 500 jiwa.
Jika dulu kebangkitan nasional diidentikkan bersatunya para pemuda dan pemudi pribumi, menentang kebijakan sewenang-wenang kolonialisme Belanda. Mengapa tidak pada momentum hari kebangkitan pada tahun ini, dirayakan dengan milenial menggalakkan aksi solidaritas mengumpulkan dana amal digunakan membiayai mereka terkena PHK dan bekerja secara informal. Serta juga mengkampanyekan physical distancing, bagi mereka tak memiliki kebutuhan mendesak untuk keluar rumah.
Menolong nyawa para dokter, perawat dan tenaga kesehatan dengan tetap di rumah saja. Harusnya Ramadan bisa digunakan membatasi interaksi diluar rumah. Menepi dari keramaian dan memulai perjumpaan dengan Sang Khaliq dalam kondisi sunyi. Bukankah ini wujud khusyuk dalam beribadah. Dan juga dapat berfungsi menekan kurva, yang meningkat tajam menjadi landai. Namun pada kenyataan sebaliknya, positif corona meningkat tiap hari. Tiada tanda kurva melandai apalagi datar.
Lebih mirisnya lagi, kerumunan warga berdesak-desak melihat penutupan sebuah restoran cepat saji. Himbauan PSBB dilanggar, dengan dalih restoran tersebut legendaris dan banyak memiliki  kenangan bersamanya. Tindakan ini mengorbankan, usaha mereka yang sedari awal untuk tetap berada di rumah. Perjuangan untuk tetap berada di rumah seakan sia-sia. Berada di dalam rumah, dengan aktvitas monoton merupakan hal membosankan.
Cobalah untuk kompak kali ini, dengan selalu berada di rumah. Bukankah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sila ketiga Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia mestinya dipupuk lebih dalam kondisi seperti saat ini. Bencana nasional tidak bisa dihentikan, dengan hanya melemparkan semua kepada pucuk pimpinan pemerintahan. Melainkan kerja sama antar seluruh rakyat indonesia. Tetap jaga pola hidup bersih, agar penantian kemenangan atas sebulan berjihad atas  diri sendiri. Dapat dijalani dengan kondisi tubuh sehat dan berjalan lancar. Ingat lebaran sebentar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H