14 hari sudah umat muslim Indonesia menjalankan ibadah puasa. Pada hari ini ibadah puasa bertepatan dengan hari Raya Waisak 2564. Hari Raya Waisak merupakan hari perjalanan suci Sidharta Gautama. Menepi dari segala kemewahan dunia. Nabi Muhammad pun berkhalwat di Gua Hira dan mendapatkan wahyu. Kedua pembesar yang memiliki kesamaan, dengan menghindari gemerlapnya kehidupan duniawi.
Hari Raya Waisak dan Bulan Ramadan ini harusnya dijadikan refleksi atas semangat toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan dari dua agama ini. Dengan harapan dapat diwujudkan lebih masif di negeri tercinta ini.
Masih segar di ingatan, sebuah foto yang mendadak viral di media sosial pada bulan Februari 2019. Ketika seorang budhis, membantu seorang muslim yang hendak melakukan wudhu. Hal ini merupakan energi positif dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu mereduksi pandangan intoleransi beragama, sebagai akibat  pengeboman  yang terjadi di Surabaya tahun 2018. Negeri ini hadir, dari konsesus keberagaman. Keberadaan mayoritas bukan digunakan untuk menindas kaum minoritas.
Di negara demokrasi seperti Indonesia, harusnya semua warga negara memiliki hak yang sama dalam menjangkau suatu pelayanan umum yang disediakan oleh negara. Tanpa melihat suku, rasa, agama dan golongannya.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan simbol keberagaman bukan hanya sebatas hiasan dinding. Melainkan sebuah simbol negara diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Keberagaman ibarat belati bermata dua. Jika dimanfaatkan dengan baik, maka potensi yang berbeda-beda bisa mengisi ruang kosong dalam membangun negeri.
Sebaliknya jika tidak dimanfaatkan dengan baik malah mennjadi tindakan diskriminasi etnis tertentu dan memicu konflik horizontal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H