Mohon tunggu...
Irfan Fauzi
Irfan Fauzi Mohon Tunggu... Guru - Berbagi tanpa harus mencaci

seorang pembelajar dan murid bagi banyak guru

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tetrapod dan Hijau Laguna Glagah

16 Januari 2016   19:30 Diperbarui: 17 Januari 2016   10:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Irfan Fauzi

 

Sebuah karya rekayasa pantai terhampar di sepanjang Pantai di Selatan Kulonprogo. Ratusan Tetrapod, sebuah struktur beton berkaki empat yang berfungsi untuk memecah gelombang air laut, berdiri tegap satu sama lain berusaha menghadang ombak Pantai Glagah, Temon, Kulonprogo.

Semalam adalah malam tahun baru. Terompet, kembang api, dan gerombolan manusia tumpah ruah memenuhi jalan di seantero Yogyakarta. Tak terkecuali di sekitar Jalan Bantul. Mereka berteriak dan bersuka cita menghabiskan malam di penghujung tahun 2015. Kebanyakan dari mereka tidur larut, dan sebagian begadang sambil menunggu pagi satu  Januari 2016. Tak heran, Jalan Bantul - Wates di pagi hari masih sepi. Hanya terlihat beberapa pengendara motor dan mobil lokal hilir mudik. Mungkin mereka pergi ke pasar atau sekedar membeli sarapan.

Kebetulan, aku sedang menghabiskan waktu libur akhir tahun di kota Yogya. Setelah dua hari sebelumnya aku meluncur dari Jawa Barat. Pagi hari itu, kami (aku dan kekasih) bergerak dengan cepat di atas motor matic sambil menembus udara sejuk Kabupaten Bantul menuju Kabupaten Kulonprogo. Tujuan kami hanya satu. Berlibur dan menghisap manis indahnya Pantai Glagah.

Langit di pinggiran Bantul mendadak gelap. Suara guntur mulai terdengar menggelegar. Tak dinyana, hujan deras sukses membuat kami untuk segera menepi dan memakai mantel. Perjalan tetap kami lanjutkan dibawah guyuran derasnya hujan pagi itu.

Mendekati Kawasan Pantai Glagah hujan mulai reda. Mentari pagi mulai menebar sinarnya yang hangat menerpa pergelangan tangan yang masih gemetar saat menarik gas motor. Kurang lebih satu jam perjalanan dari Yogya kota hingga kami berada di depan Loket masuk Pantai Glagah. Tertera di atas jendela loket harga tiket yang tidak lebih dari 5k satu orang.

Kami sampai di Pantai Glagah sekitar jam setengah sembilan. Begitu memasuki kawasan parkir yang dipenuhi deretan motor kami segera mencari lahan parkir kosong. Mengingat hari itu adalah hari libur nasional, tidak heran jika animo masyarakat untuk menikmati eksotisme Pantai Glagah membludak. Ratusan pasang kaki manusia hilir mudik di sepanjang dermaga hingga berjejal di jalur pasar wisata pantai Glagah.

Sebelum menginjak deretan tetrapod, kami terlebih dahulu memasuki kawasan pasar wisata yang juga menjadi denyut nadi perekenomian di Pantai Glagah. Ada makanan ringan, makanan berat, udang, kepiting, aksesoris, hingga berbagai hasil panen agrowisata seperti buah Naga dan mahkota dewa.

 

Konsep pasar wisata seperti ini banyak kita temui di tempat-tempat wisata di Yogyakarta. Biasanya, pasar wisata akan ditempatkan satu jalur dengan pintu masuk atau pintu keluar area wisata, sehingga para wisatawan dengan sengaja atau tidak sengaja akan diajak untuk melihat produk-produk lokal yang eksotis nan ekonomis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun