Mohon tunggu...
Irfan Fauzi
Irfan Fauzi Mohon Tunggu... Guru - Berbagi tanpa harus mencaci

seorang pembelajar dan murid bagi banyak guru

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Catatan Malam Monas-Klender

29 Maret 2016   20:04 Diperbarui: 29 Maret 2016   20:08 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami tiba di samping pintu utama Monas. Aku pikir Monas akan tampak ramai di malam minggu ini, tapi tak terlihat keramaian yang berarti disekitar Monas. Hanya ada beberapa petugas keamanan yang berjaga di pintu utama, ataupun yang berkeliling untuk sekedar memastikan agar tidak ada pedagang kaki lima atau pedagang keliling yang menjajakan daganganyya di area Monas. Rupanya, kerumunan massa sudah berpindah di samping Monas, dekat dengan stasiun Gambir. Disana ada pameran kuliner, yang memang pedagangnya ex-pedagang monas. Untuk membeli jajanan disana pun kita harus menggunakan electronic money (e-money), semacam kartu multifungsi yang bisa digunakan transaksi pembelian makanan, maupun Commuter Line dan Transjakarta.

“Inilah Relokasi Monas yang dilakukan Ahok” kata seorang teman untuk menggambarkan keadaan sunyinya malam minggu di Monas.

Oh ya, aku kembali teringat si Apep yang akan berjanji berjumpa di kawasan Monas ini. Sialnya, saat itu, susah sekali kami menghubunginya. Sms tak berbalas, BBM pun hanya tanda Delivered (D), bahkan telpon pun tak diangkat. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan mendekati tugu Monas, lalu berkeliling dengan harapan setidaknya bisa menemukan jejak-jejak Apep. Namun, jauh panggang dari api. Setelah kurang lebih setengah jam mencuci mata di sekeliling tugu monas, Apep tak kunjung kami temukan. Kami pun kelelahan dan duduk sebentar, lalu berusaha menghubunginya lagi.

Saat janji tak ditepati, prasangka buruk pun menghantui. Meski tak kunjung ketemu, kami selalu mencoba berprasangka baik. Mungkin saja, hapenya low batt, atau mungkin saja dia sudah pulang lebih dulu karena terlalu lama menunggu, atau mungkin saja dia kecopetan? Ah semoga saja tidak. Kasihan, dia baru dua bulan di Jakarta, sungguh malang jika harus berkenalan dengan kerasnya Jakarta.

Akhirnya selepas azan isya berkumandang, didorong oleh suara perut yang keroncongan, kami segera pulang mengejar Commuter Line. Tak ada Bus City Tour yang menjemput kami malam itu. karena bus yang kami tunggangi tadi rupanya bus terakhir di malam minggu. Kami lebih memilih berjalan on the foot menuju Stasiun Juanda dibanding harus pake taksi atau memanggil Go-jek. Kami ingin sedikit menyerap suasana malam Jakarta berikut dengan segala kegaduhannya.

*******

Malam beranjak larut, tapi desas desis kehidupan Jakarta tak pernah sepi. Stasiun Klender dan pasarnya menjadi bukti, bahwa denyut kehidupan kota selalu berlaku 1x24 jam. Gerobak nasi goreng di sisi jalan kecil menuju kos menggoda untuk disinggahi. Apalagi perutku sudah meraung-meraung minta jatah pada si pemilik tubuh. Hanya dengan 10 k saja, nilai yang cukup murah untuk Jakarta, seporsi nasi goreng telor, dengan taburan bawang goreng, kerupuk, serta tak lupa acar siap disantap.

Sedang asik asiknya menyantap nasi goreng khas Klender, temanku mengagetkanku seraya berucap,

“Cum, alah bener siah, Si Apep kacopetan uy” katanya saat mendapat pesan dari Facebook Messenger darir Apep.

Dan aku mendesis kesal serta membatin “...Jancukarta!”. Memang teganya Jakarta! Mereka tak pandang usia, ras atau agama, pokoknya yang kelihatan polos diembat, disikat, digarap, atau istilah lainnya yang semakna dengan perampasan harta. Aku sungguh prihatin dengan Apep. Dia belum lama merasakan manisnya jerih payah mengadu nasib di Jakarta. Tapi realita segera menyambut dengan getirnya Ibukota.

Temanku ini, Apep, kadang terlalu lurus, atau lebih tepatnya polos. Dia kecopetan sebuah smartphone pabrikan Korea, serta dompet yang ada KTP dan ATM-nya. Sialnya, dia menulis pin ATM nya dan diselipkan didalam dompet. Gara-gara itu, kami kompak menepuk jidat, terlebih setelah tahu setidaknya ada uang sebesar 3,4 juta di rekeningnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun