Mohon tunggu...
Irfan Hasanudin
Irfan Hasanudin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain dan negeri ini selagi bisa, dan jangan pernah berhenti untuk mencoba, karena dengan mencoba hidup ini terasa nyata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suasana Sanggrahan yang Memprihatinkan

23 Maret 2014   22:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sanggrahan merupakan salah satu nama Sekolah Dasar(SD) yang berada di Kelurahan Ngoresan Kecamatan Jebres, Surakarta. Sanggrahan berbeda dengan sekolah regular lainnya,  karena fasilitas atau sarana dan pra-sarana di Sanggrahan masih jauh dari standar sekolah dasar reguler lainnya. Selain itu rata-rata kemampuan pemahaman siswanya pun kurang dari standar, dan  pekerjaan orang tua siswanya sebagian besar adalah buruh atau ekonominya menengah ke-bawah, hanya 1 atau 2 siswa saja yang mempunyai orangtua berekonomi menengah ke-atas.

Menurut data siswa, Sekolah Dasar Sanggrahan mempunyai 105 siswa, diantaranya 17 siswa/i kelas I, 14/i siswa kelas II, 11 siswa/i kelas III, 18 siswa/i kelas IV, 24 siswa/i kelas V, dan 21 siswa/i kelas VI. Diantara dari siswa tersebut, ada 54 siswa dan 39 siswi beragama Islam, 5 orang siswa dan 6 siswi beragama Kristen, dan 1 siswi beragama Katholik.

Sanggrahan dikenal sebagai sekolah seni, sebab sebagian besar atau semua tropi yang diraih berasal dari cabang kesenian. Akan tetapi suasana disana sangatlah memprihatinkan, karena disekolah tersebut tingkah laku siswanya cenderung nakal, sebagian siswanya tidak mempunyai akta lahir, dan sekolahnya belum kenal ekstrakulikuler tetap. Ekstrakulikuler yang ada disana seperti pramuka dan lainnya, hanya berjalan mendadak beberapa hari ketika akan diadakan perlombaan saja, selepas dari itu keaktifannya kurang optimal.

Selanjutnya kita beranjak ke pembelajaran dan sarananya, metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru Sanggrahan adalah metode ceramah dan diiringi dengan quiz. Namun dalam keberjalanan Kegiatan Belajar Mengajar(KBM), ada satu pelajaran yang kurang atau sedikit sukar dipahami oleh siswa, yaitu pelajaran matematika, sebagai alternatifnya guru Sekolah Dasar tersebut memberi jam belajar tambahan, dan siswa antusias terhadap jam belajar tambahan itu

Selain itu dilihat dari sarananya, sarana yang ada di Sekolah Dasar itu kurang memadai, di sekolah tersebut tidak mempunyai kelas yang banyak, sehingga dipakai bergantian. Di Sekolah Dasar Sanggrahan juga terdapat ruang perpustakaan, tetapi belum terdapat buku di perpustakaan itu.

Mungkin kondisi ini tidak hanya dialami oleh Sekolah Dasar Sanggrahan saja, tetapi kondisi ini juga dialami oleh lembaga pendidikan yang ada disekitar kita. Sungguh disayangkan, Bangsa yang akan bergerak menuju negara maju ini masih mempunyai keadaan yang memprihatinkan seperti ini, dan sudah selayaknya sebagai masyarakat ikut berpartisipasi demi terciptanya generasi emas Bangsa beberapa tahun ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun