Kobaran api semakin menjalar ke perkampungan. Semua rumah habis dilahap oleh lidah si merah yang ganas. Anehnya, warga-warga pun ikut beterbangan seperti diriku. Mereka melayang dan hanya bisa memperhatikan tiang rumah roboh karena telah menjadi arang.
Semakin lama semakin banyak warga yang melayang di atas pulau kecil yang terpencil itu. Semakin aneh saja karena wajah-wajah orang yang sudah lama meninggal pun kembali terlihat. Mereka berduyun-duyun melesat mengikutiku yang menuju ke tepi pantai.
“Bagaimana Tuan kepala adat? Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” tanya semua tubuh-tubuh yang gentayangan itu padaku.
Aku tak tahu harus menjawab apa. Keadaan yang kualami saja pun masih membingungkan. Aku hanya bisa terdiam.
“Kebakaran besar di pulau ini karena ada yang membakar pohon asam di atas bukit. Bukankah kau yang melakukannya, Tuan? Aku melihatmu di malam kebakaran,” ujar Pak Sopyan, lelaki yang baru saja meninggal 2 minggu lalu, dengan mengarahkan telunjuknya padaku.
“Aku memang ada di sana tapi bukan aku yang membakar pohon itu,” pungkasku membela diri. Memang bukan aku kan yang melakukannya?
Semua mata menatap tajam padaku. Wajah mereka berubah mengerikan. Mata merah dengan sorotan buas tampak seperti ingin melahapku. Saat mereka bergerombol berjalan mengepung, satu per satu tubuh mereka berjatuhan dan berubah menjadi beragam binatang. Ada yang menjadi kura-kura, kepiting, burung dan kerang.
Kepungan berhenti karena semua sedang memanjatkan doa bermohon untuk reinkarnasi menjadi makhluk lain. Ada yang seketika berubah menjadi kucing, anjing, dan bahkan sapi. Semua binatang itu pun berkumpul membentuk lingkaran.
“Sekarang kita harus memilih siapa kepala adat yang baru,” tegas Pak Sopyan yang telah berubah menjadi sapi jantan.
“Jangan pilih Pakis lagi!” teriak sekumpulan kura-kura.
Aku masih melayang di udara dan bingung mau berubah menjadi apa. Roh kedua pemuda yang mabuk itu pun belum kujumpai. Aku penasaran apakah mereka ada pada salah satu kelompok binatang yang sedang berkumpul itu. Mataku sambil mencari-cari.