Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan si Gila di Negeri (Katanya) Waras - Bagian 1

15 April 2024   14:33 Diperbarui: 15 April 2024   14:47 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Shutterstock.com

"Alhamdulillah, ya Allah...." sambungnya seraya bertakbir berkali-kali dan mengepal uang taruhan di telapak tangannya.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar" pekiknya lagi sambil berlari dan melompat-lompat kegirangan.

"Baru menang judi saja sudah begitu," ujar salah salah satunya.

Aku tetap tak peduli. Kulanjutkan perjalananku. Namun saat berbelok dari palang pintu yang kulewati, terdengar si penjaga berteriak kembali, "Woi, gila beasiswa kau ya." Suaranya besar dan tebal menandakan ia perokok berat.

Aku maklum kenapa dia berucapkan itu. Memang, kadang aku berjalan tanpa sadar berteriak di kerumunan orang banyak, "Aku jadi mahasiswa, aku dapat beasiswa!"

Ucapan itu terlontar tanpa sengaja saat kuteringat bagaimana pihak kampus menolak memberikan beasiswa hanya karena aku cacat.

"Tahun depan Anda mungkin bisa melamar lagi, kuota beasiswa saat ini sudah penuh," ketus salah seorang wanita yang mewawancarai.

Perasaan kecewa rasanya di luar harapan. Perguruan tinggi tempat mengenyam pendidikan seharusnya memberikan tempat khusus untuk orang-orang cacat sepertiku.

"Would you explain why I am not accepted in this campus?" kubertanya dengan bahasa Inggris untuk membuktikan kemampuan berbahasaku dalam bahasa asing. Kuingin tahu apa yang menjadi alasan sebenarnya.

"Wat is er mis?" kutanya lagi dengan bahasa Belanda.

"Bitte erklre!" sambungku dengan bahasa Jerman untuk membutuhkan jawaban. Namun, tim pewawancara yang terdiri dari 3 orang hanya terdiam. Aku tak tahu apakah diam mereka karena terpana dengan kemampuanku atau kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun