Mohon tunggu...
Irvan Muhamad Faza
Irvan Muhamad Faza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, Belajar dan Menemukan setiap kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FANOUS (Lampion Khas Ramadhan di Mesir)

15 Juni 2024   11:41 Diperbarui: 15 Juni 2024   11:41 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

FANOUS

(Lampion Khas Ramadhan di Mesir)

Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia, banyak orang muslim berlomba-lomba dalam menyambut bulan mulia ini, wujud pengekspresian akan hal tersebut juga sangat beragam, karena setiap daerah biasanya memiliki satu karakteristik yang mampu menjadi icon dalam penyambutan itu, salah satunya ialah Fanous (Lampion) yang sangat masyhur di wilayah Mesir, Fanous ini telah menjadi semacam tradisi budaya turun temurun mulai zaman kuno mesir hingga zaman modern ini. Bahkan dewasa ini, Fanous telah menembus batas kebudayaan, yang mana Fanous yang awalnya hanya menjadi tren bulan Ramadhan di Mesir, di era sekarang telah menembus berbagai macam wilayah di negara-negara sekitar Mesir, bahkan negara-negara di dunia.

Lampion yang telah dikaitkan dengan bulan suci Ramadhan ini merupakan simbol kegembiraan dan cahaya yang menerangi malam bulan suci Ramadhan.  Lentera menambah keajaiban tersendiri dalam suasana Ramadhan, terutama bagi anak-anak yang berjalan-jalan sambil membawa lampion warna-warni sambil melantunkan lagu Ramadhan.

Sejarah Lampion Ramadhan

Dikutip dari Al Jazeera Arabic Channel, bahwa dimasa lalu kita mengetahui lampion pada awalnya adalah sebuah lampu yang digunakan masyarakat sebagai alat penerangan terutama saat pergi ke masjid pada malam hari, dan seiring berjalannya waktu menjadi tradisi Ramadhan.

Ide lentera ini berasal dari era pemerintahan Fatimiyah di Mesir, dan setelah itu berpindah dan menyebar ke seluruh negara Arab, kemudian ke seluruh negara di dunia. Kisah lentera dimulai sekitar seribu tahun yang lalu, ketika orang Cairene sedang menantikan kedatangan Khalifah Fatimiyah al-Mu'izz pada malam hari tanggal lima Ramadhan tahun 358 H. Panglima Jawhar al-Siqilli dan raja muda pada waktu itu memerintahkan penduduk kota untuk menerangi jalan dengan lilin, maka penduduk Kairo meletakkan Lilin tersebut di atas alas kayu dan dilapisi dengan kulit, agar tidak padam, dan itulah permulaannya. kemunculan lampion sebagai ritual Ramadhan.

Ini bukan satu-satunya kisah yang tercatat dalam sejarah.  Dikatakan pula bahwa keluarga-keluarga Kairo biasa menemani Khalifah Fatimiyah dalam perjalanannya melewati kota, melewati gerbang Kairo lama, Bab al-Nasr dan Bab al-Futuh, dalam perjalanannya ke Mokattam untuk melihat bulan sabit Ramadhan.

Dalam perjalanan itu, semua orang baik tua maupun muda, membawa lentera untuk menerangi jalan sambil bernyanyi merayakan datangnya bulan suci.  Kisah lain mengatakan bahwa Khalifah Fatimiyah al-Mu'izz ingin menerangi masjid-masjid sepanjang bulan Ramadhan dengan lentera dan lilin, sehingga ia memerintahkan agar lentera digantung di pintu setiap masjid.

Terlepas dari asal usul cerita lentera, lentera tetap menjadi simbol penting bulan suci Ramadhan, memberikan malam bulan suci suasana kegembiraan dan kebahagiaan.

Pembuatan & Perkembangan Lampion Ramadhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun