Tulisan ini saya mulai dari sebuah obrolan ringan dengan Big Boss perihal pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Berikut obrolan singkatnya tapi besar pembelajannya bagi saya pribadi :
"Kamu merasakan nggak, orang-orang disini belanja tidak pakai mikir?" ujar beliau
"Benar" jawabku sambil mikir menganggukkan kepala dan mencoba flashback mengingat kebiasaan orang-orang (customer) kalo membeli sesuatu di toko.
"itu yang saya miris sekali melihatnya" ujarnya sambil ngusap kepala, "buang uang tidak pada tempatnya" sambungnya lagi
Saya mencoba mendengarkan dengan seksama sambil memahami setiap penjelasan yang disampaikan beliau.
"Bagi kami pembisnis malah senang dengan perilaku seperti demikian" ujarnya "tapi dilain sisi saya sebagai manusia, miris dan sedih melihatnya karena buang uang tidak pada tempatnya" jawabnya
Kalimat "Buang Uang Tidak pada tempatnya" diulang-ulang beberapa kali didalam setiap penjelasannya. Saya semakin tertarik dan ingin rasanya mendengarkan lebih lanjut. Penjelasan ini akan saya tulis dengan sepengetahuan dan semampu saya, untuk bisa lebih mudah dipahami oleh para pembaca Kompasiana.
Kalimat "Buang Uang Tidak Pada Tempatnya" selalu terngiang-ngiang didalam pikiran saya. Setelah mendengar penjelasan yang panjang saya benar-benar memahami sekali apa arti kalimat tersebut. Saya termasuk orang yang juga buang uang bukan pada tempatnya.
Semua ingin dibeli tapi pernah mikir gak ? apakah yang kita beli sesuai dengan kebutuhan hidup atau hanya ingin memnuhi gaya hidup yang dilakukan oleh banyak orang. Setelah lama merenung saya jadi malu sendiri dan mencoba untuk memperbaikinya dengan perlahan tapi pasti.
Sekarang saya lebih memiliki kesadaran untuk memilah atau memilih sikap dalam membeli sesuatu barang untuk lebih dipikirkan lagi. Terkadang apa yang kita beli hanya dibutuhkan pada saat itu saja, hal ini lebih kepada nafsu atau keinginan untuk membeli, bukan suatu kebutuhan.