Hai Kompasianers .. Hari ini aku akan meriview sebuah karya novel terbaru dari penulis terkenal yang sudah melahirkan beberapa buku mega best sellernya di Indonesia yaitu Bang Tere Liye, Ia mengeluarkan karya terbarunya dengan Judul "Selamat Tinggal".
Novel ini terdiri dari 32 Bab dan 325 halaman dengan isi cerita yang sangat luar biasa, sangat related dengan kondisi saat ini tentang maraknya pembajakan dan plagiat dari sebuah karya anak bangsa. Ini tidak heran lagi untuk negara kita Indonesia, begitu banyak barang-barang dan merek terkenal hingga buku dari seorang penulis menjadi sasaran empuk untuk dijadikan marketplace dalam melakukan tindakan pembajakan.
Tokoh-tokoh yang dibuat dalam karya novel nya ini juga sangat kuat dan memiliki peran penting disetiap alur cerita yang disuguhkan oleh beliau, seperti Sintong Tinggal, Mawar, Jess, Bunga, Sutan Pane, Bapak Hardja, Pak Dekan, Pak Darman, Babe Na'im, Bahrun, Slamet, Inang, Paklik maman dan Bukde. Semuanya memiliki perannya masing-masing sehingga memiliki keterkaitan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya, ini sudah menjadi ciri khas bang tere liye dalam mengarahkan pembacanya untuk lebih kritis menangkap apa yang ingin beliau sampaikan ke pembacanya.
Karya novel beliau ini bukan salah satunya novel yang berani mengangkat hal-hal yang tabu dinegeri ini, yang mana sampai sekarang masih belum bisa diselesaikan oleh para pemimpin negeri ini. Novel Selamat Tinggal merupakan novel yang paling berani yang pernah saya baca dalam mengungkapkan apa yang menjadi sebuah permasalahan yang pelik dan tak bisa diputuskan mata rantainya hingga saat sekarang yaitu PEMBAJAKAN.
Dari awal kisah sintong yang merupakan tokoh utama dalam novel ini, dia seorang mahasiswa abadi yang memiliki kepiawaian dalam dunia tulis menulis sehingga ia mengangkat sebuah topik permasalahan skipsinya yaitu tentang seorang penulis yang bernama Sutan Pane. Sintong merupakan seorang penulis handal yang sudah menerbitkan beberapa topik dan opini disebuah koran nasional yang dibaca oleh banyak orang, ia diberi kesempatan oleh Pak Dekan kampus untuk menyelesaikan skripsinya untuk satu semester terakhir di tahun ke tujuh kuliahnya.
Sintong juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu menjaga kios toko buku bajakan yang dimiliki oleh paklik dan bukliknya di Jakarta pasar senen, kisah ini mulai menarik ketika sintong bertemu dengan Jess dan bunga ditoko buku bajakan tersebut. Alur cerita mulai terbentuk menjadi sebuah kombinasi yang mengasyikkan untuk diikuti oleh para pembaca, satu per satu permasalahan mulai diungkapkan oleh sang skenario tulisan yaitu bang tere liye.
Satu hal yang menarik lagi dari novel ini, bang tere liye sangai piawai dalam mengkombinasikan permasalahan yang sedang terjadi dan dianggap remeh oleh banyak kalangan tanpa ada sebuah tindakan nyata. Kisah Seorang penulis dari Sutan Pane menjadi Pondasi kuat dalam latar belakang novel ini terbentuk, karena bang tere liye ingin apa yang menjadi tujuan utamanya bisa dibaca oleh para penggemar dan penikmat dari karya-karya novel beliau.Â
Sehingga ini menjadi sebuah sarana jembatan Sikap Revolusi atau Sikap Perubahan untuk anak-anak muda penerus bangsa yang akan membaca kisah ini bisa melanjutkan perjuangan beliau jika ia sudah tiada nanti seperti halnya Kisah Sutan Pane dan GH Bubagja yang sangat miris dan tragis jika anda membaca novel ini sampai habis.
Sintong Tinggal sebagai tokoh utama sangat berperan penting dalam mengobarkan semangat revolusi ini dengan caranya sendiri, karena sesuatu hal yang ingin kita rubah harus dimulai dari diri kita sendiri. Sintong juga mengambil sebuah keputusan yang sangat berani dan besar tanggung jawabnya terhadap integritas diri dan karakter dari seorang yang memiliki jiwa literasi atau jiwa kepenulisan.