Mohon tunggu...
Irfandy Dharmawan
Irfandy Dharmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Lawyer Tri Vittama Firm

Mengarungi Samudra Hukum, berlabuh di Dermaga Filsafat, dan Berlayar di Lautan Politik. Seorang Sarjana Hukum yang sedang menambahkan cerita di Perpustakaannya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Krisis Kepercayaan pada Pemerintah: Mengapa Iuran Tapera Menjadi Kontroversial?

1 Juni 2024   06:28 Diperbarui: 1 Juni 2024   06:29 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi iuran Tapera (sumber gambar: bisnis.com)

Pada tanggal 20 Mei 2024, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 yang merupakan perubahan atas PP Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Salah satu poin utama dalam peraturan terbaru ini adalah kewajiban bagi semua pekerja, termasuk pegawai swasta, untuk membayar iuran Tapera sebesar 3 persen dari gaji mereka. Dari jumlah tersebut, 0,5 persen akan ditanggung oleh pemberi kerja, sementara 2,5 persen akan ditanggung oleh pekerja sendiri. Ketentuan ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat, terutama terkait dengan kepercayaan terhadap pengelolaan dana oleh pemerintah.

Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) merupakan inisiatif pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memiliki rumah layak huni. Program ini diperkenalkan sebagai upaya untuk mengatasi masalah perumahan di Indonesia, yang kian hari semakin mendesak. Dengan adanya Program Tapera, pemerintah berharap dapat menyediakan dana yang cukup bagi pembangunan perumahan rakyat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah dan menengah. Tapera diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi backlog perumahan yang mencapai jutaan unit di seluruh Indonesia.

PP Nomor 21 Tahun 2024 juga menetapkan bahwa pemberi kerja wajib menyetorkan iuran Program Tapera paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke rekening dana Tapera. Kebijakan ini dirancang untuk meningkatkan dana yang tersedia bagi pembangunan perumahan rakyat. Namun, kebijakan ini juga menimbulkan kontroversi, terutama karena banyak masyarakat yang mempertanyakan efektivitas dan transparansi pengelolaan dana Tapera, mengingat adanya sejarah kasus mismanajemen dana publik yang kerap terjadi di Indonesia. Keraguan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola dana Tapera secara efektif dan transparan menjadi isu utama yang perlu diatasi demi keberhasilan program ini.

Krisis Kepercayaan terhadap Pengelolaan dana Publik oleh Pemerintah

Kebijakan baru yang mewajibkan pemotongan gaji untuk iuran Program Tapera telah memicu berbagai reaksi dari masyarakat, terutama di sektor swasta. Banyak pekerja merasa cemas dan skeptis terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana ini. Ketidakpercayaan masyarakat tidak muncul secara tiba-tiba; melainkan merupakan akumulasi dari berbagai kasus mismanajemen dana publik yang pernah terjadi sebelumnya. Kasus-kasus besar seperti korupsi di PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) dan kasus Jiwasraya telah mencederai kepercayaan publik. Dalam kasus ASABRI, misalnya, korupsi besar-besaran mengakibatkan kerugian negara hingga triliunan rupiah. Hal ini menambah kekhawatiran bahwa dana Tapera, yang juga dikelola oleh pemerintah, mungkin tidak akan digunakan sesuai dengan tujuan aslinya dan justru berpotensi disalahgunakan.

Di media sosial, masyarakat secara aktif menyuarakan ketidakpuasan mereka. Banyak pengguna mengekspresikan kekhawatiran bahwa pemotongan gaji untuk iuran Tapera akan menjadi beban tambahan tanpa adanya jaminan pengelolaan dana yang transparan. Tagar seperti #TolakIuranTapera dan #TransparansiDanaTapera sempat menjadi trending, hal ini mencerminkan sentimen negatif publik terhadap kebijakan ini. Masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan jaminan nyata tentang pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel, termasuk audit independen dan laporan penggunaan dana yang bisa diakses oleh publik.

Ketidakpercayaan ini juga dipicu oleh kurangnya sosialisasi yang efektif dari pemerintah mengenai manfaat dan mekanisme Tapera. Banyak pekerja merasa bahwa informasi yang disampaikan belum cukup jelas dan rinci, sehingga menimbulkan ketidakpastian dan spekulasi negatif. Pemerintah perlu memberikan penjelasan yang komprehensif tentang bagaimana dana Tapera akan dikelola, termasuk mekanisme pengawasan dan akuntabilitas yang diterapkan untuk memastikan dana tersebut digunakan sesuai tujuan. Sosialisasi yang kurang efektif menambah ketidakjelasan dan kecemasan di kalangan pekerja yang merasa terbebani dengan pemotongan gaji ini.

Selain itu, masyarakat juga menuntut adanya transparansi dalam pengelolaan dana Tapera. Pengalaman sebelumnya dengan berbagai kasus korupsi membuat masyarakat skeptis terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola dana publik. Mereka mengharapkan adanya laporan rutin yang dapat diakses publik serta audit independen yang memastikan bahwa dana Tapera dikelola dengan baik. Langkah-langkah ini dianggap penting untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Masyarakat membutuhkan bukti nyata bahwa dana yang dipotong dari gaji mereka akan digunakan secara efektif dan sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan perumahan rakyat.

Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa pengelolaan dana Tapera dilakukan secara transparan dan melibatkan audit independen. Selain itu, menyediakan laporan rutin tentang penggunaan dana dan mengadakan sosialisasi yang efektif untuk menjelaskan manfaat Tapera kepada masyarakat juga sangat penting. Hanya dengan langkah-langkah seperti ini, pemerintah dapat mulai memperbaiki keraguan masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa dana Tapera akan digunakan untuk kepentingan bersama, terutama dalam mendukung kesejahteraan perumahan rakyat.

Langkah-langkah ini harus diiringi dengan peningkatan kapasitas dan integritas lembaga yang mengelola dana Tapera. Pemerintah harus memastikan bahwa lembaga tersebut bebas dari intervensi politik dan mampu bekerja secara profesional serta transparan. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat bahwa pemerintah serius dalam mengelola dana Tapera dan berkomitmen untuk menggunakannya demi kepentingan rakyat. Transparansi dan akuntabilitas yang kuat akan menjadi kunci utama dalam memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana publik oleh pemerintah.

Membangun Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Dana Tapera

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun