Mohon tunggu...
Irfan Sudrajat
Irfan Sudrajat Mohon Tunggu... -

Bukan tentang kebenaran, tapi hidup adalah tentang KEBAIKAN, dan lebih jauh.... ini tentang KEINDAHAN. Temukanlah keindahan kita, temukan kenikmatan dalam melakukan keindahan itu, lalu berikan kepada siapapun, kepada apapun, kepada yang terlihat dan tidak terlihat. Lalu bersabarlah.. hiduplah dalam cinta. Yaa Allah... AKU RINDU!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Serat Nestapa: Sabda Penjaga dalam Kegelapan

15 April 2019   16:09 Diperbarui: 15 April 2019   16:17 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Yang datang lebih dahulu..
telah menghadirkan kenestapaan yang indah
cinta yang dalam bentuk tertinggi
menanjak, menurun,
pedih meratap
terbeliung tujuh lapis
hingga teruji memenggal benih cinta
hadir hanya untuk ajar pelenyapan
menyatunya si wajib dengan Hak
tonggak batu yang dipasang
sebuah ujung batu yang legam
pekat bagai malam tak berbintang
itu hanya sebagai haluan
kiasan bagi isyaratnya..
walau haluan untuk sejagad

Yang datang berikutnya penuh kinasih
jauh menyebrang masa
wujud sudah dari awal sebelum terdahulu
namun baru berwujud di paling akhir,
sebagai penutup..
sebagai sang paripurna..
mengikuti ajaran terdahulu
lalu meneruskan ajar
namun dipilihnya apa yang mau diajarkan
disembunyikan kenestapaan
disisihkannya bagian yang sempurna
karena secuilpun lebih dari cukup
lalu disebar beri mimpi-mimpi penuh kiasan
yang sekarang terajar
hanya blingsatan keenakan
lupa penyatuan..
lupa juga keindahan sebuah nestapa

Lalu dihadirkan lagi napak tilas sang terdahulu
perjalanan awal sekaligus akhir
menapak-ulang semboyan-semboyan haluan
beri lagi kiasan manis
dalam harap terajarkan terjemahannya
harap jadi penjaga dari keji dan keingkaran
harap jadi ingat kinasih
harap jadi ingat lemah lembutnya cinta
hidup yang hanya tahu dan hanya bisa memberi

Yang datang lebih dulu,
dan yang paripurna pun.. adalah satu!
bentuk pelenyapan sempurna
lenyap manusianya
hidup dalam gugur melebur
demi kehidupan yang hanya sedepa

Kegelapan hanya tabir yang harus tersingkap
para pengikut terus saja blingsatan keenakan
mengelokkan angkara
mencumbui kebencian dan prasangka
terjanjikan kehidupan surgawi
hanya dari sebuah lukisan
tanpa melukisnya dengan darah sendiri
hanya berangkat dari kiasan-kiasan
tanpa berdiri di batasan noktahnya
tanpa berkeringat
tanpa menahan lapar dahaga

Kidung penjaga bersenandungkan kepedihan
namun kelanggengannya adalah penyatuan
menyatunya Sang Hak dan si wajib
menyatunya yang terdahulu dengan sang paripurna
walau selalu dilagukan keduanya,
tiada yang hapal akan hadirnya
kiasan-kiasannya hanya jadi lelaguan
tanpa melihat cahaya haluan,
dari tonggak batu pekat hitam

Kegelapan tidak mesti nestapa
nestapapun bukan berarti gelap
membaca bukan kata, tapi diantaranya
melihat bukan dari kejauhan, melainkan bertemu
dan mengenal.. berindah-indah dengan kedamaian..
hidup dalam kinasih
hidup yang memberi

Sementara,
kidung kiasan yang terus dilagukan,
entah jadi obat keblingsatan
atau hanya alunan yang memabukkan

Mekkah, 12 Desember 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun