Yang datang lebih dahulu..
telah menghadirkan kenestapaan yang indah
cinta yang dalam bentuk tertinggi
menanjak, menurun,
pedih meratap
terbeliung tujuh lapis
hingga teruji memenggal benih cinta
hadir hanya untuk ajar pelenyapan
menyatunya si wajib dengan Hak
tonggak batu yang dipasang
sebuah ujung batu yang legam
pekat bagai malam tak berbintang
itu hanya sebagai haluan
kiasan bagi isyaratnya..
walau haluan untuk sejagad
Yang datang berikutnya penuh kinasih
jauh menyebrang masa
wujud sudah dari awal sebelum terdahulu
namun baru berwujud di paling akhir,
sebagai penutup..
sebagai sang paripurna..
mengikuti ajaran terdahulu
lalu meneruskan ajar
namun dipilihnya apa yang mau diajarkan
disembunyikan kenestapaan
disisihkannya bagian yang sempurna
karena secuilpun lebih dari cukup
lalu disebar beri mimpi-mimpi penuh kiasan
yang sekarang terajar
hanya blingsatan keenakan
lupa penyatuan..
lupa juga keindahan sebuah nestapa
Lalu dihadirkan lagi napak tilas sang terdahulu
perjalanan awal sekaligus akhir
menapak-ulang semboyan-semboyan haluan
beri lagi kiasan manis
dalam harap terajarkan terjemahannya
harap jadi penjaga dari keji dan keingkaran
harap jadi ingat kinasih
harap jadi ingat lemah lembutnya cinta
hidup yang hanya tahu dan hanya bisa memberi
Yang datang lebih dulu,
dan yang paripurna pun.. adalah satu!
bentuk pelenyapan sempurna
lenyap manusianya
hidup dalam gugur melebur
demi kehidupan yang hanya sedepa
Kegelapan hanya tabir yang harus tersingkap
para pengikut terus saja blingsatan keenakan
mengelokkan angkara
mencumbui kebencian dan prasangka
terjanjikan kehidupan surgawi
hanya dari sebuah lukisan
tanpa melukisnya dengan darah sendiri
hanya berangkat dari kiasan-kiasan
tanpa berdiri di batasan noktahnya
tanpa berkeringat
tanpa menahan lapar dahaga
Kidung penjaga bersenandungkan kepedihan
namun kelanggengannya adalah penyatuan
menyatunya Sang Hak dan si wajib
menyatunya yang terdahulu dengan sang paripurna
walau selalu dilagukan keduanya,
tiada yang hapal akan hadirnya
kiasan-kiasannya hanya jadi lelaguan
tanpa melihat cahaya haluan,
dari tonggak batu pekat hitam
Kegelapan tidak mesti nestapa
nestapapun bukan berarti gelap
membaca bukan kata, tapi diantaranya
melihat bukan dari kejauhan, melainkan bertemu
dan mengenal.. berindah-indah dengan kedamaian..
hidup dalam kinasih
hidup yang memberi
Sementara,
kidung kiasan yang terus dilagukan,
entah jadi obat keblingsatan
atau hanya alunan yang memabukkan
Mekkah, 12 Desember 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H