Mohon tunggu...
Irfan Azis
Irfan Azis Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta buku

Membaca dan menulis adalah hobi saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

City Tour Madinah

9 Juli 2024   14:52 Diperbarui: 9 Juli 2024   20:14 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 18/6/2022.

Hari ini hari ketigaku di Madinah. Usai shalat mahrib aku berjalan sendiri, meninggalkan mang Muk dan Zikri yang masih bertadarus Al Quran di ruang tengah masjid nabawi.


Aku kembali keluar masjid melalui pintu 46.  Di depanku, di halaman pintu 46, gelombang jamaah yang mau ziarah rasul sudah bergerak seperti arak arakan karnaval yang panjang menuju pintu babussalam.

Awalnya saya juga mau melakukan ziarah rasul lagi, tetapi aku urungkan saat melihat  ruang  di dekat pintu 46  boleh dimasuki jamaah.  Aku perkirakaan ruang tersebut bersebelahan dengan Raudhah.
Pintu masuknya bersebelahan dengan pintu Babussaalam.

Aku masuk dengan terlebih dahulu melepas sendal yang sudah sempat kupakai di depan pintu 46. Tampak seorang  asykar berseragam sedang berjaga di mulut pintu. Alhamdulillah, ia tidak melarangku masuk. Akupun segera merangsek melewati para jamaah yang masih duduk dengan kesibukanya masing masing.

Aku mencari tempat sedekat mungkin dengan area mimbar dan tempat muazin melantunkan azannya. Yang jadi persoalan adalah, semakin ke dalam kepadatan jemaah semakin sesak. banyak jamaah yang berdoa sambil berdiri. Akupun ikut "ngusel" dengan jamaah yang berdiri. Aku tidak bisa duduk karena jamaah yang berada di shof  tak ada satupun yg mau bergeser untukku.

Di tengah usel-uselan dengan jamaah dari berbagai negara itu aku membatin sekaligus berharap " ya allah semoga ada jamaah yang duduk di shaf di dekatku ini kebelet lalu pergi ke WC sehingga aku bisa masuk shof."

Alhamdulillah doa dan harapanku terwujud, seorang jamaah entah berasal dari negara mana, yang persis ada di belakangku, keluar dari barisan.  Aku segera masuk shaf dan shalat sunah meski harus melakukan rukuk dan sujud
 dengan susah payah. Maklum di hadapanku ada banyak jamaah berdiri untuk berdoa sambil menempel pada pembatas area roudhoh dan ruangan kosong di sebelahnya.

Usai shalat aku bersila untuk membaca apa yang aku bisa baca. Tidak terasa  satu jam lebih aku duduk berdoa hingga kumandang isya. Dari tempatku duduk, dengan sedikit mendongakan kepalaku ke arah kiri belakang, aku bisa melihat muadzin yang sedang mengumandangkan panggilan shalat isya. Begitu suara adzan terdengar, satu persatu jubelan jamaah yg berdiri di depanku mulai terurai.
Kini aku bisa shalat dengan lebih nyaman tentunya. 

Sebelum iqamat dikumandangkan, masuklah serombongan jamaah berwajah  dan berbusana khas Arab ke area kosong di depanku. Area ini tidak bisa dimasuki olehku dan jamaah lain di ruanganku karena terhalang pembatas. Kami hanya bisa melihat mereka satu persatu menempati shaf. Mereka tampaknya datang dan masuk melalui pintu khusus yang aku tidak tahu. Mungkin dari pintu imam atau pintu babussalam.

Aku masih betah dan enggan pindah dari tempatku shalat, meski sudah selesai shalat ba'diyah isya. Aku menghibur diri untuk tidak kecewa walaupun di hari ketiga belum juga bisa masuk Raudhah. Yang jelas  Aku sangat bersyukur karena  sudah bisa berlama lama duduk di ruang samping kanan Raudhoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun