Mohon tunggu...
Irfan Aulia
Irfan Aulia Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog

Pejalan Kaki, menyenangi tema psikologi positif, psikologi konsumen dan psikologi politik & kebijakan publik, aktif mengajar dan melakukan riset di tiga tema tersebut sambil mempraktekkan ilmu yang didapat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tak Semua Perlu Dipahami dengan Segera

16 Agustus 2014   14:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:24 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tak semua perlu dipahami dengan segera

Lewin seorang psikolog sosial menggambarkan tentang dunia manusia yang saling berinteraksi dimana pergeseran di satu sisi mengakibatkan perubahan di sisi lain. Hal ini menjadikan dunia manusia sangat dinamik dan komplek. Dinamik karena dunia yang dialami manusia mudah berubah. Komplek karena ada banyak keterkaitan antar satu sisi dengan sisi lainnya.

Perenungan ini membawa para ilmuwan sosial di barat melakukan kontemplasi untuk melihat dunia manusia dalam sudut pandang sistem. Sistem artinya ada bagian bagian yang tersatu dan membentuk keseluruhan. Saya ambil contoh baut, besi, tali, sebuah entitas terpisah yang kemudian disatukan menjadi mesin. Dalam bentuk mesin ketiga entitas terpisah menjadi sebuah sistem.

Terminologi sistem menjadi meledak saat Senge memperkenalkan lima disiplin. Sebuah disiplin untuk memahami dunia nyata manusia yang cepat berubah dan memiliki banyak variabel. Di dalamnya senge dengan jelas menyebutkan memandang dunia sebagai sebuah sistem. Cara pandang ini memberikan pandangan bahwa dunia ini tidak linear. A tidak lantas berhubungan dengan B atau A tidak lantas menjadi B.

Checkland menyebutkan dunia nyata manusia yang dinamik dan komplek dengan sebutan messy. Dalam padanan kata bahasa Indonesia mungkin kata yang paling tepat ada keruwetan. Sesuatu yang ruwet sering membut kening berkerut kerut. Dengan memahami kondisi dunia nyata manusia yang semacam itu Checkland memberikan pengantar pada bukunya dengan mengatakan itu sebabnya dunia nyata bukan untuk hanya untuk direkayasa, tapi juga model untuk belajar. Proses pembelajaran itu menghasilkan experience based knowledge. Proses pemahaman mengenai dunia nyata yang ditumbuhkan dari pemaknaan atas pengalaman saat berinteraksi dengan dunia nyata.

Renungan saat membaca karya tiga ilmuwan sosial ini mengantarkan pada sebuah pemaknaan sederhana mengenai hikmah “tak semua perlu dipahami dengan segera”. Ada kalanya yang terjadi perlu dikunyah kunya hingga pahitnya hilang dan manisnya terasa. Ada kalanya yang manis perlu dicoba dengan seksama agar rasa yang lain tak jadi hilang.

Itu sebabnya baik sangka kepada Allah jadi salah satu tanda kebaikan manusia karena “tak semua perlu dipahami dengan segera”. Dalam sebuah video di youtube saya melihat Steve Jobs menyebutnya Connecting the dots.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun