Analogi yang paling sederhana dari menjawan pertanyaan ini adalah “kepak sayap kupu-kupu di sungai amazon menimbulkan badai di amerika utara”. Dua elemen yang tidak saling bertemu, tetapi bisa saling berkaitan.
Ini pertanyaan yang beberapa kali diajukan ke saya. Pertanyaan ini membuat saya merenung dan menuliskan artikel ini. Sebelum perenungan ini berlanjut saya ingin menyampaikan bagaimana metode saya menjawab pertanyaan ini. Pertama, kondisi politik dan pengambilan keputusan di dalamnya paling banyak berada di dalam kondisi dinamik. Kondisi dinamik seringkali berada di dalam sebuah sistem. Definisi sistem yang paling banyak saya baca adalah kondisi yang saling terkait dan menjadi satu kesatuan. Untuk membaca kondisi yang berada di dalam sistem, maka perlu memakai metode berpikir serba sistem. Berpikir serba sistem berbeda dengan berpikir linear. Dalam berpikir serba sistem, fenomena yang terjadi bisa terlihat jelas pada awalnya, atau baru terlihat saat terjadi dinamika itu menjadi kesatuan baru.
Nah didalam berpikir serba sistem ada beberapa sistem yang bisa dijadikan referensi untuk membaca fenomena ini. Jackson & Jackson membagi sistem menjadi sistem yang komplek dan sederhana. Dunia politik di Indonesia menurut saya berada di dalam sistem yang komplek. Untuk membaca sistem yang komplek ada beberapa pilihan pembacaan. Salah satu yang mau saya pakai untuk menjawab pertanyaan ini adalah metode serba sistem lunak yang dikenalkan oleh Checkland. Mengapa saya memakai metode Checkland, satu karena ini memakai sistem yang komplek dan yang kedua karena sistem politik di Indonesia dan pengambilan keputusannya berada di dalam sistem aktivitas manusia. Sistem aktivitas manusia mengamati fenomena ini bukan untuk mengatur tetapi untuk menjadi alat pembelajaran. Saya berharap tulisan ini bukan untuk memprediksi tetapi untuk bisa belajar dari pertanyaan ini.
Di dalam serba sistem lunak ada beberapa tahap, di tulisan ini saya hanya akan memakai salah satu metode penting dalam serba sistem lunak yaitu analisa CATWOE. Tentu saja artikel ini bukan penelitian lengkap tetapi hanya sebuah perenungan saya untuk menjawab pertanyaan yang menjadi judul tulisan diatas. CATWOE berarti (C = Customer, A= Actor, T= Transformation, W= Weltanschauung, O= Owner, E= Environment). Nah saya akan memulai analisa bagaimana kalau PKS berkoalisi dengan PDIP
Pertama siapa yang akan terkena dampak (Customer) ?
-Kader dan simpatisan masing masing partai
-Golongan yang diwakili oleh PKS (Islamis) dan PDIP (nasionalis)
-Pemilih
-Rakyat
-Pihak internasional
Kedua siapa yang akan menjadi aktor utama (Actor) ?
-PKS = aktor utama berada di lembaga majlis syuro
-PDIP = aktor utama berada di ketua umum dan orang orang dekatnya
-Pengusaha
-Media
-Militer
-Tokoh agama, sosial masyarakat
-Aktor internasional
Proses Transformasi apa yang akan terjadi saat PKS dan PDIP berkoalisi?
-Ini perenungan saya; pertama mengurangi ketegangan antara nasionalis dan islamis
-Kedua; mengubah paradigma cara orang indonesia memandang politik
-Ketiga; proses menyatukan elemen bangsa
Cara berpikir apa yang akan melatar belakangi (W= Weltanschauung) ?
-Pola berpikir pragmatis; berbagi kekuasaan
-Pola berpikir paradigmatis; menyolidkan elemen bangsa
Siapa yang akan mempunyai pengaruh terbesar di dalam pengambilan keputusan (O= owner)?
-Di PKS, pusat pengambilan terbesar berada di majlis syuro, namun dari banyak pengambilan keputusan, majlis syuro PKS mengambil pilihan dengan melakukan pungutan suara internal kader
-Di PDIP, pusat pengambilan terbesar berada di ketua umum PDIP
Apa yang akan membatasi atau menjadi batas (E= Environment)?
-Saya melihat PKS dan PDIP mempunyai pendukung yang berbeda secara ideologis, minat, maupun kebiasaan. Di media sosial PKS paling banyak diserang dengan kasus Poligami dan kasus LHI. Di media sosial PDIP paling banyak diserang dengan kasus juara koruptor, aset aset negara yang dijual di zaman Mega menjadi presiden, dan janji yang tak ditepati.
-Yang kedua apakah ada kondisi anomali yang membuat mau tak mau mereka berkoalisi, seperti terjadi kekacauan di dalam pemilu. Kondisi chaos yang menjadikan negara tak terkendali, dan sebagainya.
-Tekanan dari media dan pemilih
-Kondisi internasional dan regional
Dari analisa CATWOE ini, saya ingin menyajikan bahwa koalisi PKS dan PDIP bisa saja terjadi atau bisa saja tak terjadi. Elemen yang paling mempengaruhi, pertama adalah bagaimana aktor aktor utama berkomunikasi, elemen ini ada elemen partai dan elemen yang melatar belakangi. Politik tidak terjadi di ruang hampa, ia berada didalam elemen yang saling berkaitan. Kedua adakah kondisi lingkungan yang menjadi pencetus. Kondisi pemilu 2014 adalah kondisi dimana terjadi pergantian gelombang. Di dalam pergantian gelombang, banyak kemungkinan dan kondisi yang bisa terjadi.
Di dalam sejarah Indonesia, ketegangan ideologi pernah terjadi, antara Islamis, Nasionalis, Sosialisme, dan Komunis. Pancasila merupakan salah satu platform untuk menjadikan ketegangan ini mereda. Soekarno sebagai salah satu ikon yang dijual PDIP merupakan orang yang mengakui Palestina; salah satu ikon Islamis PKS. Di dalam aktivitas kepartaiannya PKS sangat sering merangkul wong cilik; salah satu ikon PDIP. Kalau melihat latar belakang keduanya PKS dan PDIP banyak diisi oleh aktivitas mahasiswa. Mereka punya kesamaan selain perbedaan. Sehingga apapun didalam situasi politik Indonesia sangat mungkin terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H