Waduh waduh, saya terus terang kaget saat membaca twit beliau yang memunculkan gambar sedang menginjak foto seorang tokoh dengan bahasa lelucon "Kapan lagi ye kan?" . Saya langsung bertanya apa orang ini sedang tak berpikir apa yang dia lakukan itu sensitif?
Langsung muncul di benak saya, aduh ini orang bikin twit yang memunculkan respon SARA. Terus terang saja ernest adalah seorang tionghoa/china, bukan muslim, yang ia buat lelucon adalah seorang ketua partai Islam yang punya dukungan dan kader yang loyal. Dari respon yang saya baca, wajar menurut saya ernest dapat reaksi keras. Ia memunculkan sikap ekstrim yang akan menimbulkan respon ekstrim.
Sebagai seorang komik dan memahami panggung, harusnya dia paham betul akan jadi apa lelucon itu. Namun bisa jadi karena situasi dan preferensi yang ada di dalam dirinya, ia sedang lupa hal itu.
Media sosial itu kanvas yang luas, mudah diakses, egaliter, dan sekaligus personal. Di media sosial anda bisa dengan serta merta bertemu orang yang berada di titik yang bertentangan dalam satu panggung. Semua terjadi dalam satu waktu yang sama, diakses dengan mudah.
Ini sebabnya isu isu di media sosial seringkali jadi penentu untuk naik di media utama. Perbedaanya isu di media utama bersifat pabrikan, isu di media sosial spontan dan personal. Saya ingin garis bawahi kata personal. Artinya konsekuensi dari isi twit/status anda juga bisa sangat personal.
Sebelum saya lanjutkan, saya beri contoh kasus di media sosial mengenai twit @benhan yang akhirnya masuk ke ranah hukum. Opini personal yang menyinggung personal dan berakibat hukum kepada personal yang menyampaikan opini.
Di kasusnya twit ernest, ada beberapa hal yang saya perhatikan sehingga isunya menjadi meluas. Pertama Ernest seorang selebtwit, kedua twit ernest menyinggung personal seorang tokoh. Seandainya ernest melakukan kritik kepada personal tokoh itu dengan menyebutkan kekurang becusan beliau saat menjadi pejabat publik, maka twit itu menurut saya sah dan jadi pembelajaran publik.
Sayang hal itu tidak terjadi.
Berbeda dengan twit benhan yang berakhir menjadi kasus hukum. Twit ernest punya respon yang anomali dari sang tokoh. Ia menyampaikan respon yang bersahaja. Sang tokoh malah meminta maaf kepada Ernest bila ada kata kata atau sikap yang kurang berkenan. Respon ini tentu saja membuat adem suasana.
Respon yang sama pernah saya lihat di liputan hiruk pikuk kampanye kemarin, saat ia bertemu dengan rombongan beda partai di jalan. Dua rombongan yang berbeda titik itu bertemu, di dalam situasi yang berhadapan, wajar bila situasi memanas. Di tengah Situasi yang panas, tokoh ini turun dan menyapa suporter partai lawan, seketika suasana menjadi adem karena respon yang bersahaja.
Saya ingin izin sampaikan lagi, dua hal ini berkaitan dengan tindakan dan respon yang bersahaja. Entah anda sedang setuju atau tak setuju dengannya. Entah anda sedang sama atau berbeda barisan dengannya.
Saat ini kebersahajaan itu barang yang langka. Moga twit ernest dan respon sang tokoh jadi pelajaran buat saya dan anda.
Catatan ini respon akhir keduanya:
@anismatta:Â maaf jk ada sikap/kata2 sy yg mmbuat anda kesal.. Msh bnyk pekerjaan utk mmperbaiki bangsa.. Dan itu hrs dilakukan brsama..:)
@ernestprakasa: Iya Pak. Mohon maaf atas ketidaksopanan saya ya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H