Mohon tunggu...
Irfan Akbar
Irfan Akbar Mohon Tunggu... -

Provakator seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjajah Kening

21 Mei 2014   11:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terdengar nyanyian lirih yang keluar dari kamar. Kadang bergaung, menyulap ruang-ruang dalam rumah menjadi luas. Suara api yang membakar penggorengan ibu turut mengisi sebagai melodi. Lagu yang dinyanyikan, lagu anak SMA yang masih lugu-lugunya.

Adoon, berhenti dulu main gitarnya. Makan paginya sudah siap, Perintah ibu sekaligus menyudahi konser kepagian tersebut.

Masih pagi begini kok Ibu sudah rapi? Adon mengambil piring yang sudah disiapkan ibu.

Jangan kemana-mana, buat makan siang sudah Ibu siapkan. Ibu pulang agak malam hari ini, Ibu melahap sendok terakhirnya

Iya Bu, Adon juga lagi malas keluar kok.

Jangan lupa bunganya disiram. Oh iya, Rani kok lama tidak main kesini? Bukannya dia lagi libura, Don?

Adon hanya berdiam diri saat Ibu bertanya tentang Rani.

Yaudah Ibu mau berangkat dulu.

Hati-hati, Bu, Adon mencium tangan ibunya.

***

Seperti kesendirian sebelum-sebelumnya, Adon lebih sering menghabiskan sorenya untuk bermain gitar di pelataran rumah.  Untungnya tidak ada tetangga yang protes mendengar suaranya, apa lagi memberi saran pada Adon untuk lebih baik berhenti bernyanyi. Kecuali Rani. Ya, kecuali Rani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun