Mohon tunggu...
Irfana SaktyaWidyastama
Irfana SaktyaWidyastama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Slamat datang dan silakan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsumerisme Menjadi Budaya Baru di Era Milenial

22 Juli 2021   22:59 Diperbarui: 22 Juli 2021   23:22 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

LATAR BELAKANG

            Konsumerisme menjadi budaya baru bagi mayarakat di era milenial, khususnya mahasiswa. Jean Baudrillard mengatakan bahwa konsumerisme merupakan budaya konsumsi modern dapat menciptakan pergeseran dari mode of production menjadi mode of consumption, dari rasio menjadi hasrat konsumsi.3 Karenanya, hal semacam ini menjadi mitos yang mengarah pada keborosan yang tidak terhentikan, karena orang tidak lagi memikirkan eksploitasi dan produksi dari manusia (jasa) dan alam (barang), tetapi mereka diliputi dengan pemikiran untuk mengkonsumsi terus-menerus.

            Pada umumnya, fenomena perilaku konsumtif adalah perilaku yang mencerminkan "serba instan" atau perilaku yang tidak mengindahkan proses, bahkan tidak peduli dengan proses. Perilaku konsumtif juga sering dilawankan dengan perilaku produktif. Bahkan, konsumtif cenderung mengarah pada gaya hidup glamor, boros, dan hedon. Perilaku konsumtif ini kemudian dianggap lazim dialami oleh masyarakat, terutama pada mahasiswa.

PEMBAHASAN

            Konsumerisme muncul seiringkali karena adanya proses sosial dan interaksi sosial yang meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, hal ini terjadi bisa saja karena respon terhadap penanggulangan yang cepat dari hal-hal yang baru. Seperti hadirnya produk baru, pengalaman baru, dan citra baru yang ada di lingkungan sosial sekitar.

            Hakekatnya sifat konsumtif ini ada lantaran masyarakat pada umumnya berkeinginan memiliki barang yang tidak dimuli oleh orang lain atau contoh kelompok sosial lain. Alhasil, sikap pembeli akan mencari barang-barang mewah terbaru yang kerapkali dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah limited edition yang dikenal sebagai barang berkwalitas baik serta mahal.Kebanggaan yang muncul pada diri seserang sangatlah lekat dengan kepuasaan yang dimiliki oleh dirinya. Perasaan akan kondisi seperti inilah menyebabkan seseorang memilih limited edition sebagai fenomena sosial yang sangat mudah ditemukan.

Dalam kehidupan sehari-hari prilaku konsumtif ini juga kerapkali terjadi dalam kehidupan masyarakat, kondisi ini misalnya saja dengan Membeli barang-barang merek terkenal dari luar negri yang dilakukan sebagai salah sebuah hobi yang sejatinya kondisi inilah akan mengakibatkan ruskanya keteraturan sosial dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/147619-ID-budaya-konsumerisme-dan-teori-kebocoran.pdf 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun