Kampus sebagai wadah perdebatan keilmuan dan juga tempat mahasiswa ber eksperimen dalam segala hal, menjadikan kampus juga sebagai laboratorium miniatur negara.Â
Tentu banyak problematika yang terjadi di sebuah kampus, karena di sana ada warga yang hidup dan berkehidupan setiap harinya.Â
Salah satu problematika yang terjadi di kampus itu adalah Uang Kuliah Tunggal (UKT). Klise sebetulnya, setiap tahun dan bahkan setiap angkatan selalu aja ada masalah terkait hal ini.
Mahasiswa yang hanya punya harapan dan mimpi bisa mengenyam pendidikan dengan tentram, itu ternyata memang hanya mimpi.Â
Salah satu mahasiswa di kampus UIN BDG ini berkeluh kesah dengan kebijakan kampus yang tidak bisa mengakomodir kebutuhan akademik nya yang berimbas membuat opini tentang ketiadaan Aktivis atau organisasi extra kampus melalui Coretan di dinding yang berbunyi "Kemana para aktivis extra apakah sudah tidak peduli, apakah hanya butuh jabatan saja, kotor sekali ternyata hanya peduli jabatan saja, EXTRA" Begitu tulisannya di sebuah dinding.Â
Teringat kutipan dari Tan Malaka "terbentur terbentur terbentur maka terbentuklah" Hal ini sejalan dengan jeritan keluh kesah mahasiswa tersebut untuk melalui kehidupan perkuliahan yang memang sejatinya untuk membentuk karakter manusia yang sesungguhnya.Â
Ketika social kontrol tidak ada untuk membangun suatu iklim pemerintahan kampus yang sehat. Maka, kebijakanpun akan jomplang dari kebutuhan Mahasiswa itu sendiri sebagai Masyarakat kampus yang hidup di sana.Â
Mahasiswa yang mengeluhkan ini seakan-akan terjerat oleh keadaan kehidupan pribadinya sebagai masyarakat kampus yang tidak mampu melakukan apa-apa untuk menjalani kehidupan nya lagi.Â
Stop komersialisasi pendidikanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H