Mohon tunggu...
Irfan Febriawan
Irfan Febriawan Mohon Tunggu... Operator - Team Leader

Saya type pekerja keras

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kepemimpinan Ranggawarsita

2 Oktober 2024   22:17 Diperbarui: 2 Oktober 2024   22:17 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan
Artikel ini akan mengulas kepemimpinan Ranggawarsita sebagai seorang pemimpin pemikiran budaya dan intelektual. Dalam tiga bagian utama: what (apa itu kepemimpinan Ranggawarsita?), why (mengapa relevan untuk kita?), dan how (bagaimana kita bisa menerapkan nilai-nilai kepemimpinan Ranggawarsita di masa kini), kita akan mengeksplorasi kontribusi pemikiran dan warisan budaya tokoh ini.

Latar Belakang Sejarah Ranggawarsita
Raden Ngabehi Ranggawarsita lahir pada tahun 1802 dan dikenal sebagai pujangga terakhir Keraton Surakarta. Ia adalah keturunan keluarga pujangga besar, sehingga sejak muda, ia sudah terbiasa dengan suasana keilmuan dan filsafat Jawa. Karya-karyanya, seperti "Serat Kalatidha" dan "Serat Sabdatama", tidak hanya berisi refleksi sosial dan spiritual pada masanya, tetapi juga mencerminkan keprihatinannya terhadap masa depan Jawa yang sedang mengalami masa transisi di bawah pengaruh kolonialisme Belanda.

Ranggawarsita hidup dalam masa yang penuh dengan ketidakpastian. Ini tercermin dalam karya-karyanya yang banyak berbicara mengenai keruntuhan nilai-nilai, kekacauan moral, dan kegelapan zaman. Namun, di balik semua itu, ia juga menawarkan harapan dan pedoman untuk masa depan yang lebih baik.

Kepemimpinan Intelektual Ranggawarsita
Ranggawarsita tidak memiliki kekuasaan politik formal, tetapi ia merupakan pemimpin dalam bidang intelektual dan spiritual. Kepemimpinannya dapat dilihat dari bagaimana ia mampu memengaruhi masyarakat melalui karya-karyanya. Ia berusaha mengingatkan bangsanya akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur Jawa, terutama dalam menghadapi perubahan zaman.

Dalam "Serat Kalatidha", misalnya, Ranggawarsita menguraikan kegalauan zaman yang ia sebut sebagai "zaman edan", di mana nilai-nilai kebaikan terbalik dan kebenaran sulit ditemukan. Namun, ia juga memberikan solusi moral, bahwa meskipun dalam situasi yang sulit, seseorang harus tetap menjaga moralitas dan integritas diri. Ini adalah refleksi kepemimpinan Ranggawarsita, yaitu kepemimpinan yang berlandaskan pada keteladanan moral dan spiritual.

Nilai-Nilai Kepemimpinan Ranggawarsita
Ranggawarsita tidak hanya dikenal sebagai seorang pujangga, tetapi juga sebagai pemimpin yang membawa nilai-nilai tradisional Jawa. Beberapa nilai utama yang menjadi pusat dari kepemimpinannya adalah:

  1. Ketahanan Moral
    Ranggawarsita percaya bahwa pemimpin harus memiliki ketahanan moral yang kuat. Dalam menghadapi perubahan zaman yang penuh dengan godaan dan tantangan, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menjaga moralitasnya. Baginya, kekuatan sejati seorang pemimpin bukan terletak pada kekuasaan politik atau kekuatan fisik, tetapi pada integritas moral dan etika.

  2. Pencerahan Spiritual
    Seperti banyak pemikir Jawa lainnya, Ranggawarsita sangat menekankan pada pentingnya spiritualitas. Dalam banyak karyanya, ia menyerukan agar manusia tidak melupakan hubungan mereka dengan Yang Maha Kuasa. Bagi Ranggawarsita, kepemimpinan sejati harus dibangun di atas fondasi spiritual yang kuat.

  3. Kebijaksanaan Tradisional
    Ranggawarsita sangat menghormati kebijaksanaan tradisional. Meski menyadari bahwa zaman sedang berubah dengan cepat, ia percaya bahwa kebijaksanaan tradisional tetap relevan dalam memberikan panduan moral dan etika. Ia melihat bahwa tradisi bukanlah penghalang kemajuan, melainkan fondasi yang harus dipertahankan dalam menghadapi tantangan zaman modern.

Kepemimpinan dalam Konteks Zaman Edan
"Zaman edan" adalah istilah yang sering dikaitkan dengan Ranggawarsita. Dalam "Serat Kalatidha", ia menggambarkan zaman edan sebagai zaman di mana nilai-nilai kebajikan telah hancur, kebohongan merajalela, dan masyarakat kehilangan arah. Zaman edan ini adalah refleksi dari kondisi sosial politik pada masa itu, ketika kolonialisme Belanda menyebabkan ketidakstabilan di banyak aspek kehidupan masyarakat Jawa.

Namun, meskipun ia menggambarkan zaman tersebut dengan nada pesimistik, Ranggawarsita tetap memberikan harapan. Ia percaya bahwa meskipun dalam situasi yang sulit, seseorang bisa tetap hidup dengan memegang teguh nilai-nilai moral. Baginya, pemimpin yang baik harus mampu memberikan panduan di tengah kekacauan dan memastikan bahwa masyarakat tidak kehilangan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun