Mohon tunggu...
Irenius Selsus Rengat
Irenius Selsus Rengat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anonim

Penulis jalanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Negara yang Dijajah dan Negara Penjajah

17 Agustus 2022   11:03 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:12 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.innalar.com/gaya-hidup/pr-3674187898/6-puisi-tema-kemerdekaan-dan-perjuangan-untuk-menyambut-hut-ri-ke-77-tanggal-17-agustus-2022

Apa yang manusia inginkan jika ia terbelenggu dan tidak bisa bergerak bebas kesana kemari. Hanya satu yang ia impikan yaitu dapat bebas dengan kemauan sendiri, tanpa harus dibelenggu. Rakyat mana yang ingin diajajah negaranya oleh negara lain. Setiap penguasa negara ingin rakyat dan negaranya hidup dalam kemerdekaan, tidak dijajah oleh penguasa asing. Negara tidak bisa merdeka dan bebas, jika ada penguasa lain yang masih membelenggu negara tersebut.

Saya ambil contoh negara-negara yang ada di Afrika yaitu Togo, Kamerun, Burundi, Rwanda, Tanzania, dan Namibia pernah dijajah oleh negara Jerman. Kita lihat bahwa negara-negara ini tidak bebas dalam ketatanegaraannya karena dijajah oleh negara asing. Bahkan sampai sekarang, kita dapat melihat bahwa negara yang menjajah dan dijajah sangat jauh perbedaannya.

Negara yang menjajah memiliki ketatanegaraan yang bagus, pemerintahan yang baik, ekonomi yang berjalan dalam pengaturan yang lancar, sehingga rakyatnya dapat hidup dalam damai, sejahtera dan merdeka. Sekarang kita bandingkan dengan negara yang pernah dijajah oleh penguasa asing. Pertama, rakyatnya akan menderita dan hidup susah, perekonomian di negara tersebut tidak tetap selalu berubah-ubah, dan bahkan dibuat budak oleh penguasa asing di negara sendiri. Bukankah ini sebuah perbedaan yang sangat signifikan.

Mari kita lihat negara Indonesia yang pernah dijajah oleh dua penguasa asing yaitu Negara Belanda dan Jepang. Indonesia pada mulanya adalah bukan negara, terdiri dari kerajaan-kerajaan yang besar. Tapi, setelah masuknya negara asing di tanah Nusantara, keraajan-kerajaan itu akhirnya tunduk dibawah kekuasaan sang penjajah. Berpuluh-puluh tahun kita dijajah, berpuluh-puluh tahun juga rakyat Indonesia menderita dan terbelenggu, menjadi budak sang tangan besi, menguras semua sumber daya alam. Bahkan efek dari penjajahan itu berdampak pada sumber daya manusia yang harusnya sejahtera dan damai, harus bekerja rodi dan harus mematuhi perintah penguasa asing tak dikenal.

Bahkan sampai sekarang, perasaan dijajah itu masih ada dan masih melekat. Padahal Indonesia sudah merdeka 77 tahun yang lalu, bukan sebuah angka yang kecil. Harusnya bangsa kita ini, sudah setara dengan negara-negara asia yang lain seperti Singapura dan China. Lalu, bagaimana harusnya Negara Indonesia menjadi negara yang mempunyai jiwa penjajah meskipun bukan penjajah? Kemudian, mampukah Indonesia sedikit demi sedikit menguggurkan setiap masalah yang berusaha menghancurkan kesatuan NKRI? Saya rasa pertanyaan ini sangat cocok di zaman kita sekarang ini.

Pertama, Negara Indonesia harus memiliki rakyat yang sungguh mencintai tanah air sebagai tempat tinggal yang harus dijaga alam dan masyarakatnya. Setiap rakyat harus mampu berani mengakui diri sebagai anak Bangsa Indonesia. Tidak peduli, saya miskin dan kamu kaya, jika kita satu bangsa Indonesia maka saya harus menjaga kamu dan kamu menjaga saya. Sehingga muncullah rasa persaudaraan dalam kesatuan negara

Kedua, jiwa penjajah yang saya maksud adalah jiwa yang sungguh ingin membangun bangsanya sendiri dengan segala kemampuan dan potensi yang ada. Disisi lain juga, kita tidak boleh merugikan orang lain demi keuntungan pribadi. Penjajah artinya kita mampu menguasai segala bidang dan memajukan negara kita, hingga mampu bersaing dengan negara-negara besar yang ada di Asia dan Eropa.

Ketiga, Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan bahasa. Sehingga akan rentan timbulnya konflik di negara kita. Hal-hal seperti itu sangat mudah untuk meruntuhkan kesatuan NKRI Pancasila. Rakyat kita tidak harus menjadi pintar maupun cerdas, tapi cukup saling mengharagai, menerima satu sama lain dan mampu saling memahamai. Maka keutuhan NKRI akan tetap terjaga dan Sila ketiga akan selalu berkumandang di setiap pelosok negeri. Kita tinggal di tanah yang sama, nenek moyang yang sama harusnya saling melindungi bukan saling membenci dan menghancurkan. Toleransi harus terus diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya agar Indonesia tetap terjaga dan dilestarikan.

Negara pada intinya adalah tempat bagi kita untuk berlindung sekaligus rumah kita untuk salin melindungi satu sama lain. Jika kita masih terus merasa dijajah, maka untuk saling melindungi sangatlah minim. Tapi, jika kita mempunyai jiwa sebagai penjajah yang terus berjuang, maka kita mampu saling melindungi bahkan saling menjaga. Hal seperti ini bukan lagi sesuatu yang baru. Tapi sudah sesuatu yang lama, hanya karena kita terus dijajah oleh banyak hal. Semoga negara kita mampu keluar dari penjajahan dari apapun itu.

HUT 77 RI Pulih Lebih Cepat Bangkit lebih Kuat. MERDEKA!! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun