Mohon tunggu...
Irene
Irene Mohon Tunggu... Administrasi - hm..

Hanya seorang mahasiswi, belum dan tak akan pernah jadi Mahakuasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relasi Keluarga di Tengah Pandemi Corona

7 Mei 2020   17:49 Diperbarui: 7 Mei 2020   17:40 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa #StayAtHome karena pandemi Corona ini merupakan masa yang tidak terlalu mudah atau bahkan sulit bagi beberapa orang, khususnya dalam hal rmengurus relasi dalam keluarga.

Banyak dari kita yang biasanya mempunyai rutinitas seabrek, mengharuskan kita menghabiskan lebih dari setengah hari di luar rumah. Contohnya saya, bekerja dari jam 7.00 -- 16.00, kasih les privat jam 17.00-18.00, dan beberapa hari mengiringi latihan paduan suara jam 19.00-21.00. Kalau dihitung, rata-rata waktu saya di rumah cuma 8 jam, itu pun asli cuma untuk mandi, nengok akun lambe turah, dan istirahat. Bahkan makan saja sangat jarang di rumah. :D

Sebagai contoh lain, saya mengambil schedule teman saya. Sebut saja Budi. Budi adalah pegawai kantoran yang kerja pukul 9.00 to 17.00 (begitu teorinya, kalau tidak lembur). Tentu dia harus berangkat jam 7 pagi dan sampai rumah biasanya jam 9 malam. Kalau dihitung durasi Budi di rumah, yaitu 9 jam. Sembilan jam itu full dipakai untuk istirahat demi semangkuk marugame udon dan segelas boba keesokan harinya.

Lalu apa hubungan Pandemi Corona dengan relasi antar anggota keluarga?

Melihat jadwal dan kesibukan manusia di zaman sekarang, rasanya interaksi antar anggota keluarga terjadi sangat minim. Orang tua yang seharian bekerja pasti langsung pingin istirahat begitu sampai rumah. Pun anak-anak yang seharian sekolah dan les, ketika sampai rumah rasanya ingin langsung masuk kamar, kerjakan tugas sekolah, chatting sama gebetan (kalau ada), lalu tidur.

Interaksi antar orang tua-anak dan kakak-adik sangat jarang terjadi. Bahkan menanyakan kabar pun menjadi sebuah kemewahan. Namun di sisi lain, bagi beberapa orang yang kurang klop dengan anggota keluarganya, kesibukan sehari-hari ini ternyata menjadi penyelamat dari gesekan dan keributan yang bisa terjadi di rumah.

Hubungan antara relasi anggota keluarga dengan pandemic Coronavirus menjadi topik yang menarik bagi saya. Karena pandemi ini, semua orang dihimbau untuk stay at home, bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah, untuk mengurangi atau memperlambat penyebaran virus corona.

Masalahnya tidak berhenti di situ. Bisa saja tiap anggota keluarga bekerja di ruang masing-masing di rumah, tapi tak bisa dipungkiri bahwa terjadi lebih banyak interaksi antar anggota keluarga. Apalagi bagi keluarga yang sangat sibuk, mungkin ini menjadi momen dimana mereka sadar bahwa mereka punya 2 anak, suami tahu bahwa istrinya paling suka sayur kangkung, orang tua tahu bahwa anak paling besarnya sudah punya pacar, anak nomor dua mengidolakan Alm. Didi Kempot, anak paling kecilnya belum lancar membaca, atau bahkan ternyata si ayah punya selingkuhan cantik (korban drama World of the Married). Hahahaha.

Contoh nyatanya terjadi di kalangan orang tua murid. Seperti yang sudah tersebar di internet, pernah ada screenshot chat viral tentang orang tua murid yg curhat kepada guru, menyampaikan uneg-uneg tentang sistem pembelajaran dari rumah. Saya pun pernah dicurhatin orang tua tentang betapa sulitnya mengatur dan membimbing anak mereka untuk belajar dan mengerjakan tugas. Kata mereka, "Duh mama-mamanya jadi hipertensi, Miss. Kata anak-anak, lebih baik gurunya. Udah gitu kan biasanya guru lesnya yang bantuin. Mami taunya beres. Huhuhu." 

Saya pingin balas "Heheh monmaap buk, cuma ngurus satu -- dua anak kok seakan-akan mau kiamat gitu loh, bu. Saya ngurusi 24 anak dalam satu kelas slow aja." Pingin juga balas, "Sekarang tahu kan, gimana kelakuan asli anaknya..." Hahahaha. :D

Well, sekarang tugas saya nambah. Selain bikin video dan material yang menarik bagi murid-murid, saya juga harus terima curhat dan ngademin mami-mami. Ya rabb.. kuatkan hambaMu ini...
(Bukan satu -- dua orang yang curhat, tapi banyak. Hadeuuu, mungkin besok saya akan alih pekerjaan menjadi psikolog.) XD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun