Memasuki bulan Agustus dan melihat penjual bendera di pinggir jalan, selalu mengingatkan saya kembali ke masa kecil.
Di Makassar pada masa itu, belum ada penjual bendera di jalan-jalan. Namun begitu memasuki  bulan Agustus, itulah waktu yang saya tunggu-tunggu. Mengapa?
Karena berarti masa mulai latihan untuk Aubade akan segera dimulai.
Mungkin ada yang belum tahu, apa itu Aubade? Katanya sih, Aubade berarti nyanyian pagi. Memang Aubade selalu dilangsungkan pada pagi hari.
Pertama kali saya mengikuti Aubade ketika saya berusia sepuluh tahun. Ketika itu saya bersekolah di Hwa Chiao 2, sekolah berbahasa Mandarin. Sekolah ini terletak di jantung China Town di kota Makassar, tepatnya di Jalan Lombok. Kalau tidak salah, sekarang menjadi Kelenteng.
Begitu memasuki bulan Agustus, kami pasti mulai sibuk latihan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Saya tidak menulisnya, semua pasti tahu lagu perjuangan.
Walau sekolah kami berbahasa Mandarin atau lebih tepatnya disebut Sekolah Cina pada waktu itu, namun hal-hal yang menyangkut peristiwa nasional selalu diperhatikan oleh pengurus sekolah. Teristimewa menyangkut Hari Kemerdekaan Indonesia, walaupun kami juga merayakan Hari Kemerdekaan Taiwan, karena sekolah saya itu pengikut Kuomintang.
Lagu-lagu perjuangan selalu dilatih terlebih dulu di sekolah, kemudian baru latihan kolektif bersama sekolah-sekolah lain, termasuk sekolah negeri.
Waktu pertama mengikuti latihan sangat sulit rasanya tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk berlatih. Dari sekolah, kami jalan berbaris ke tempat latihan yang letaknya lumayan jauh. Kalau tidak salah di Jalan Gunung Batu Putih.
Kami latihan sekitar lima enam kali, sampai pelatih merasa puas.
Aubade dilaksanakan di Gubernuran Makassar, tepat pada Hari Proklamasi 17 Agustus.