Sudah pernah melihat yang namanya Jambu Mawar? Mungkin belum ya?! Memang banyak yang belum tahu, Jambu Mawar itu kayak apa sih?
Jambu Mawar sama saja dengan jambu air pada umumnya, cuma bentuknya saja yang agak kecil dan rada bulat. Rasanya manis tetapi agak kering, kurang berair seperti kerabatnya yang lain. Kemungkinan jambu ini sudah mulai langka karena sudah tidak banyak ditanam orang.
Daging buahnya tipis sehingga bijinya yang besar akan terasa bergerak jika buahnya digoyang-goyang. Lantas mengapa saya tertarik menanamnya? Ya, itu tadi, karena dia adalah Jambu Mawar.
Pasti masih penasaran, memangnya kenapa jika namanya demikian? Ya nama itu bukan sekadar nama, dia dinamai Jambu Mawar karena aromanya benar-benar beraroma mawar yang sangat kuat. Dengan meletakkan beberapa buah jambu ini dalam ruangan, maka ruangan Anda akan beraroma mawar. Asyik, kan?!
Saya mulai mengenal jambu ketika sahabat saya, Ibu Suwarno; tetangga depan rumah, memberi saya sedompol buah jambu ini. Dia sangat bangga karena jambunya ini akhirnya berbuah setelah bertahun-tahun menanti. Seperti biasa, tentu saya meminta cangkokannya.
Nasib saya lebih mujur karena saya tidak perlu menunggu lama, cangkokan yang saya tanam cepat berbuahnya. Saya pun berbagi cangkokan kepada teman-teman yang tertarik untuk menanamnya.Â
Sayangnya cangkokan yang saya bagi tidak segera berbuah, melainkan harus menunggu sampai pohonnya menjadi sangat tinggi baru mulai berbuah. Saya sempat malu dibuatnya. Masa, saya ngasih bibit yang mandul?
Beberapa tahun kemudian entah mengapa pohon di rumah saya berhenti berbuah, bunganya selalu rontok sebelum menjadi buah dan akhirnya mati perlahan-lahan. Untungnya saya sudah membuat cangkokannya.
Cangkokan itu saya tanam di Cisarua. Ternyata Jambu Mawar sangat suka dengan udara dataran tinggi. Dia rajin sekali berbuah, walau hanya dibiarkan bertumbuh sendiri, tidak dipupuk dan pasti tidak disiram. Kecuali, pada musim kering yang sangat terik barulah sesekali disiram.
Hari ini saya beruntung bisa memetik beberapa buahnya yang sudah tua. Walau rajin berbuah tapi untuk mendapatkan buahnya juga tidak mudah karena saya tidak tinggal di sana. Saya belum pernah mengalami panen buah Jambu Mawar ini.
Karena sudah termasuk langka dan saya menyukai wangi buahnya, saya akan kembali menanamnya lagi. Saya akan menanamnya di halaman rumah saya. Semoga kali ini dia mau berbuah lebat seperti halnya di tempat Ibu Suwarno. Jadi, saya boleh berbagi dengan teman teman saya.
Apakah Anda juga berminat mencicipinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H