Saya menjadi warga Jakarta sejak tahun 1974. Suatu masa yang tidak begitu singkat. Sekarang Jakarta telah berusia 488 tahun, sudah mendekati 5 abad. Namun walau usia sudah lumayan lanjut, permasalahan yang dihadapi ibukota Republik Indonesia ini, bukannya berkurang, tetapi malah sebaliknya.
Memang, dibandingkan pada awal kedatangan kami, Jakarta telah mengalami banyak sekali kemajuan terutama dalam hal pembangunan. Namun, ada juga banyak  kemunduran, paling tidak, ya... masih jalan di tempat, termasuk dalam hal perilaku warga kotanya.
Pertama adalah masalah keamanan, yang akhir-akhir ini makin marak terjadi. Masyarakat hanya bisa meningkatkan kewaspadaan, selebihnya tentu menjadi tanggung jawab pemerintah, seperti menambah petugas intel dan patroli di jalan-jalan dan jalan lingkungan.
Yang kedua, masalah pelayanan kesehatan masyarakat. Edukasi mengenai kesehatan perlu ditingkatkan; yakni pentingnya vaksinasi, deteksi dini penyakit dan mengingatkan akan bahaya rokok. Kesempatan memperoleh pengobatan yang maksimal dan manusiawi, tentu sangat dibutuhkan.
Yang ketiga adalah kesemrawutan lalu lintas. Para pengemudi, khususnya pengendara sepeda motor, agar lebih memperhatikan tertib berlalu lintas dan tidak berlaku semau gue di jalan. Polisi hendaknya juga bertindak tegas, terhadap pengendara yang ugal-ugalan. Terhadap pelanggaran besar, yang sampai merenggut nyawa orang lain, hendaknya ditindak tegas dan tidak memandang bulu.
Yang keempat, masalah banjir. Kata sahabat-sahabat saya orang Betawi, dulu semasa mereka kecil, sering berenang di kali Krukut. Dulu kalinya masih lebar dan bersih. Kenyataan sekarang, kali Krukut sudah sangat menyempit, dangkal dan kotor.
Dulu ketika kami baru pindah ke Jakarta tahun 1974, kediaman kami tidak banjir. Banjir pertama terjadi pada tahun 1981. Kemudian terjadi lagi pada tahun 1985, itupun banjirnya cuma sedikit. Sekarang daerah kami menjadi langganan banjir, tidak hujanpun bisa banjir. Semuanya ini bisa terjadi, akibat kurangnya tanggung jawab bersama, baik dari pihak aparat pemerintah maupun dari masyarakat.
Aparat pemerintah, harus sadar apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Warga masyarakat juga punya kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Untuk mengatasi banjir dan kesemrawutan kendaraan di jalan raya, mari kita mulai dari diri kita sendiri.
Kiat untuk membantu kota Jakarta menghadapi banjir:
- Buanglah sampah pada tempatnya, kali dan sungai bukan tempat pembuangan sampah.
- Kurangi pemakaian plastik dan sterofoam, karena kedua bahan ini sulit terurai.
- Patuhi garis sempadan bangunan.
- Minimalkan penutupan permukaan tanah dengan semen/beton.
- Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya.
- Hemat pemakaian air.
- Dan lain-lain.
Untuk mengurangi kesemrawutan lalu lintas, berkendaralah dengan sopan dan tertib. Tugas aparat adalah memberi penyuluhan, mengawasi pelanggaran. Pelanggaran yang kecil-kecil hendaknya langsung ditegur. Jangan mau diajak kompromi.
Kemarin saya sempat mendengar dari siaran televisi (maaf, saya tidak tahu acara apa dan stasiun televisi mana) Pak Ahok berkata,"Supaya pohon mangga berbuah, batangnya dicacah, tapi kalau masih tetap tidak berbuah, ya ditebang saja."
Hanya itu yang sempat saya dengar.
Saya tidak tahu dalam konteks apa Pak Ahok berkata begitu. Mungkin yang dimaksud Pak Ahok, orang yang tidak becus bekerja dan sudah ditegur tapi tidak berubah, ya... dipecat saja! Ini menurut perkiraan saya saja lho, karena pernyataan itu pasti simbolik.
Mengapa saya berasumsi demikian?
Ya..., karena bila pohon mangga yang tidak berbuah, kita tidak boleh menebangnya jika diameter batangnya sudah mencapai lima belas centimeter atau mungkin baru sepuluh centimeter?
"Ada Perdanya kan, Pak Gub?"
Mengkritisi kebijakan Gubernur, ya sah-sah saja. Berikan masukan, tapi bukan berarti kita boleh memaksakan kehendak. Semua sudah ada aturannya, kan?!
Mari, kita masing-masing..., baik sebagai aparat, maupun sebagai warga masyarakat, bersama-sama menyadari apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita masing-masing.
Mari, bersama kita wujudkan Jakarta yang berwibawa, aman, manusiawi, sehat dan menawan. Setuju?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H