Akhirnya pada jam tujuhan mulai buka, tapi dua arah. Meski kendaraan merayap, mulai timbul optimisme dan berharap nanti bisa melepas penat di salah satu rumah makan. Karena hujan sudah reda, sedang rumah makan belum tampak, Opa minta turun untuk pipis (maaf ya) sambil mobil jalan merayap. Tidak kami temani karena Opa masih sangat mandiri, lagi pula cucu pasti ribut mau ikut turun.
Di sinilah musibah itu terjadi.
Opa jatuh! Untung kami melihatnya, sehingga segera disusul oleh putera kami. Karena mobil jalan terus biarpun sangat pelan, mereka tertinggal sekitar lima belasan meter. Dia pusing, mungkin kecapaian nunggu selama itu, ditambah karena cucu mulai rewel.
Kami putuskan untuk pulang saja, posisi mobil kami di jalur kiri, untuk putar balik perlu kehati-hatian, karena dari arah Puncak laju kendaraan lumayan kencang.
Opa dan putera kami menunggu di tempat, kemudian baru menyeberang kalau mobil kami sudah sampai.
Terima kasih kepada pengendara mobil di belakang kami dan terutama yang dari arah Puncak, yang mau bersabar menunggu, Opa dipapah menyeberang jalan sampai duduk di mobil, kemudian putera kami harus masuk mobil melalui pintu yang lain. Hebat tidak satu pun yang membunyikan klakson.
Mantu kami juga hebat, bisa memutar balik mobil dengan tenang dan terampil.
Ternyata tensi Opa naik, pasti karena kecapaian dan emosinya yang sempat tidak terkontrol karena kesal.
Opa mengalami sedikit luka- luka lecet dan sakit pada tulang rusuk karena tertekan sikunya ketika jatuh.
Untung tidak sampai strook.
Tentu yang mengalami kekesalan, capai dan sebagainya bukan kami saja. SeandainyakitatahusedangsatuarahbukankahkitabisasinggahkeTMII, Sentul, Bogor, TempatIstirahatatausekalianpulang, balikkeJakarta.