Aspek keluarga juga sangat ditonjolkan lewat adegan makan bersama keluarga Katy yang terdiri atas nenek, ibu dan dua adiknya. Mereka masih memegang tradisi Tiongkok meskipun tinggal di AS.Â
Ada satu guyonan lucu yang sempat membuat saya merasa dekat dengan film ini yaitu saat Shang Chi ditanyai oleh nenek Katy. Sang nenek bertanya kapan dia akan menikahi cucunya. Relate banget 'kan dengan apa yang kita rasakan sebagai milenial di Asia?
Lalu dari segi martial arts, saya harus mengacungi jempol buat film yang satu ini. Setiap adegan fighting digarap apik dari berbagai angle yang sempurna.Â
Kita bisa melihat perpaduan fighting style ala Avatar The Legend of Aang di dunia nyata dengan kungfu Tiongkok dalam film ini. Didukung dengan visual effects ala Marvel yang tak perlu dipertanyakan lagi, Shang Chi menyuguhkan adegan bertarung yang luar biasa dan memorable.
Aspek sinematografi juga ikut memanjakan mata para penonton. Kita diajak untuk melihat indahnya hutan bambu tempat pertemuan orang tua Shang Chi hingga danau tempat tinggal sang naga mistik.Â
Deretan keindahan makhluk mistis seperti gumiho sampai naga juga dipoles dengan sangat cantik di Ta Lo, desa mistik yang jadi rumah Yingli. Sungguh indah dan tampak sangat nyata.
Bukan Marvel kalau kering tanpa humor. Saya menemukan deretan guyonan ringan yang kadang agak garing di sini. Namun justru garing dan recehnya itulah yang bikin saya geli sendiri.