(Spoiler Alert!)
Memasuki bulan Maret 2019, kita disuguhkan dengan tayangan terbaru dari Marvel Universe yakni Captain Marvel. Film ini mulai tayang sejak 6 Maret 2019 lalu di seluruh bioskop tanah air. Captain Marvel tentunya menjadi salah satu film Marvel yang digadang-gadang. Bagaimana tidak? Tokoh Carol Danvers dalam film ini menjadi kunci keberhasilan para pahlawan super Marvel untuk mengalahkan Thanos dalam film Avengers: Endgame.
Dikisahkan, Captain Marvel dilatih di sebuah planet bernama Hala yang dihuni bangsa Kree. Sebelum dipanggil Captain Marvel, ia dikenal dengan nama Vers di planet yang dikuasai oleh Supreme Intelligence itu. Vers dilatih dan akhirnya diturunkan untuk sebuah misi bersama tim yang terdiri atas beberapa prajurit Kree.
Para prajurit ini dipimpin oleh Yon-Rogg yang diperankan apik oleh Jude Law. Usut punya usut, kedatangan mereka akhirnya berbuah konflik dengan penduduk setempat yang disebut Skrull. Vers yang tertangkap kemudian teringat kembali akan masa lalunya usai Skrull memasangkan teknologi memori pada kepalanya. Skrull akhirnya menemukan sosok Wendy Lawson, seorang pilot di bumi yang menyimpan rahasia teknologi kecepatan cahaya.
Dari segi teknologi, tentu tak perlu diragukan lagi. Seperti yang kita ketahui, Marvel Universe selalu memberikan kesan tak terlupakan dari sisi visual effects dan CGI. Semua efek digarap dengan begitu apik dan sempurna sehingga penonton bisa merasakan dan ikut masuk ke dalam imajinasi Marvel.
Apabila menilik dari segi cerita, sebagai penonton, saya jujur tidak bisa menebak ke mana kisah ini akan berujung. Apalagi sebelumnya, saya tidak pernah mengikuti kisah Captain Marvel. Ya, pada awalnya saya merasa bingung dan asing dengan istilah planet yang disebutkan di awal film. Namun seiring dengan berjalannya waktu, penonton diajak untuk ikut berpikir dan menyusun potongan puzzle satu per satu. Saya menemukan diri saya semakin penasaran dari satu adegan ke adegan yang lain. Sesuatu yang jarang kita temukan dalam film superhero. Saya akui, Captain Marvel berhasil memadukan unsur misteri dan superhero itu dengan apik.
Film Captain Marvel juga memberikan esensi pesan mendalam bagi penonton. Pertama yakni tentang pandangan terhadap perempuan. Dalam film itu, digambarkan bahwa perempuan kerap kali dipandang sebelah mata. Perempuan dianggap tak bisa melakukan apa yang dilakukan laki-laki, selalu emosional dan mengandalkan perasaan daripada logika. Lihat saja adegan ketika Carol berulangkali dianggap tak mungkin bisa meraih tali dalam latihan militernya.
Padahal, tentu kita tahu bahwa perempuan memiliki kekuatan yang luar biasa. Pesan ini disampaikan lewat Carol yang berulangkali jatuh, diremehkan serta dianggap terlalu mengandalkan perasaan sebelum akhirnya ia sendirilah yang mengalahkan semua musuh di hadapannya seorang diri. Ia pun bisa bertahan dan tidak bergantung kepada laki-laki. Yap, Carol tak memiliki love interest dalam film ini. Sesuatu yang sangat jarang kita temui dalam film superhero. Menurut saya, pesan ini sungguh luar biasa. Mengingat tak banyak tokoh utama atau superhero wanita yang berani ditampilkan sebagai sosok yang kuat, pemberani, tanpa sosok pangeran berkuda yang menolongnya dan bisa menyelamatkan banyak orang.
Kisah Carol Danvers sebagai Captain Marvel mungkin sekilas hanyalah sebuah kisah superhero untuk kita. Namun ada banyak sekali refleksi dan nilai yang bisa kita peroleh dari kisah ini. Akhir kata, semoga review ini bermanfaat dan selamat menunggu Avengers: Endgame pada 26 April 2019 mendatang. (Cyn)