6. Harus siap jadi mentor
Jadi lektor artinya kita juga harus siap jadi mentor. Kenapa? Karena kami yang sudah jadi lektor lebih lama, pasti akan tergerak untuk membimbing lektor-lektor baru. Memang tidak sekaku seperti di sekolah atau di tempat les, kebanyakan dari kami membimbing lektor baru dengan berbagi pengalaman. Bimbingan yang diberikan pun selow karena kami saling berbincang seperti dengan teman sebaya. Oleh karenanya, dengan jadi mentor, para lektor senior pun akan belajar untuk menjadi guru dan pembimbing yang baik, sekaligus belajar bersama dengan para lektor baru.
7. Jadi tambah PeDe
Berdiri di hadapan ratusan umat dan belajar menjadi mentor para lektor baru, ternyata bisa menambah rasa percaya diri lho. Karena memang, berbicara di hadapan orang banyak itu membutuhkan rasa percaya diri yang besar. Dan itulah yang dapat kami peroleh dari pelayanan yang satu ini. Nah, kepercayaan diri ini juga ikut kami bawa dalam kegiatan-kegiatan lain.
8. Jadi rajin membaca Kitab Suci
Kalo dulu sebagai umat kami hanya sekedar mendengarkan Kitab Suci, ketika jadi lektor kami mau nggak mau harus belajar, membaca sekaligus menyerapi inti dari setiap bacaan Kitab Suci. Mulai dari kitab Deuterokanonika, surat-surat Rasul Paulus dan belajar mendongeng lewat bacaan-bacaan Perjanjian Lama, semuanya harus kami kuasai. Dan kalau kami nggak ngerti, kami pun bertanya sama lektor senior atau sama Romo.
9. Harus siap menerima kritik
Jadi lektor berarti harus siap menerima kritik dari semua kalangan. Kritikan bisa datang dari teman sesama lektor, umat atau bahkan dari petinggi gereja dan Romo sekalipun. Sakit nggak? Sakit lah pasti. Apalagi kalau pas kita jelek-jeleknya dan langsung dikritik abis. Tapi ingat, kritikan itu membangun ya guys. Jangan down karena kritikan orang lain. Justru dengan adanya kritik, kami para lektor bisa mengetahui kelemahan kami dan belajar lagi untuk memperbaiki diri.
10. Dapet teman dari berbagai kalangan profesi dan usia
Bergabung dalam organisasi lektor membuka peluang untuk berkenalan dengan banyak orang, termasuk dari beragam kalangan usia dan profesi. Ya, sebagai satu-satunya petugas liturgi yang tidak dibatasi usia dan jenis kelamin tertentu, lektor membuka kesempatan bagi siapa saja yang bersedia melayani dan mau berlatih untuk membaca Kitab Suci. Dari sini juga kami bisa saling berbagi pengalaman dan sekaligus menjalin relasi dengan banyak orang yang tergabung dalam organisasi lektor.
11. Jadi tahu seluk beluk Ekaristi dan liturgi