Ini nih salah satu keuntungan lektor yang lain. Kami bisa belajar dan lebih mendalami agungnya perayaan Ekaristi. Kok bisa? Dengan menjadi bagian dari perayaan Ekaristi itu secara langsung, kami bisa lebih menghargai dan menjalaninya, bahkan ketika kami sedang tidak bertugas sekalipun. Saat gladi bersih untuk misa besar pun, kami secara nggak langsung juga belajar tata cara liturgi yang benar.
12. Harus menjaga suara
Karena suara menjadi faktor penting dalam tugas pelayanan lektor, maka setiap lektor harus menjaga kualitas suaranya. Caranya adalah dengan tidak terlalu sering makan gorengan dan minum es serta menjaga daya tahan tubuh. Apalagi sebelum tugas besar pada hari-hari raya, lektor harus benar-benar menjaga kesehatan dan suaranya agar bisa membaca dengan baik pada hari H.
13. Belajar membaca dengan hati
Membaca dengan hati? Membatin dong? Hehehehe..nggak lah. Membaca dengan hati artinya para lektor harus mengerti dengan jelas inti dari setiap bacaan Ekaristi. Lektor harus mengetahui latar belakang bacaan dan memposisikan diri sebagai orang atau penulis bacaan. Itulah mengapa kami harus bisa ‘masuk’ ke dalam bacaan, baik itu bacaan berupa kisah dengan berbagai macam karakter yang berganti-ganti maupun bacaan berupa surat seperti surat Rasul Paulus. Lektor harus mampu membayangkan kondisi yang tertulis dalam bacaan, mendalami setiap karakter dan menyampaikannya kepada umat.
Ya, menjadi lektor memang memberikan banyak sekali pengalaman yang luar biasa. Namun sama seperti pelayanan lain, satu hal yang terpenting adalah kami harus tetap menjaga hati dan etika, agar pelayanan kami tidak terhenti dalam perayaan Ekaristi di gereja kami masing-masing, namun juga menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kami. Akhir kata, selamat melayani dan Tuhan memberkati! (cyn)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H