Mohon tunggu...
Irene MargarethSaragih
Irene MargarethSaragih Mohon Tunggu... Freelancer - Psikolog I/O

Hobi mencoba makanan baru yang menarik, memahami perasaan dan perilaku individu atau kelompok. Selain itu saya suka menulis pengalaman yang berkaitan dengan behavioral cognitive.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Para Pendidik Perlu Melakukan Penyesuaian Cara Memotivasi Anak Didiknya

23 November 2024   23:37 Diperbarui: 24 November 2024   00:35 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terluka Karena Salah Motivasi / Sumber: Pribadi

Motivasi yang diberikan oleh pendidik memiliki peran penting dalam perkembangan emosional dan mental anak didik. Mulai dari zaman manusia memiliki anak, orang tua berperan sebagai pendidik dan melalui insting yang dimiliki memotivasi atau mendidik anaknya menjadi individu yang sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku dimasyarakat. 

Orang yang lebih tua memberikan pendidikan ada yang berdasarkan insting, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki bahkan ada yang dilakukan berdasarkan kegiatan try and error. 

Umumnya pendidik memotivasi anak didiknya dengan tujuan baik namun miris ternyata tanpa disadari, akibat keterbatasan pengetahuan ada pendidik yang menggunakan cara-cara yang salah dalam memotivasi anda karena telah memberikan dampak negatif seperti merusak cara berpikir bahkan membuat trauma dan membentuk perilaku yang tidak bisa dibanggakan.

Mari kita awali dengan memikirkan dan mempertimbangkan kembali motivasi yang telah diberikan  oleh pendidik anda (orang tua, guru dan atau orang yang memberikan didikan kepada anda).  Apakah cara memotivasi yang salah berikut pernah terjadi pada anda dan apakah ada dampak buruk yang ditimbulkannya:

 1. Memberikan hadiah berlebihan untuk setiap pencapaian

   - Cara bisa salah: Pendidik memberikan hadiah atau pujian berlebihan setiap kali anak mereka mencapai sesuatu, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya tidak membutuhkan hadiah. Misalnya, memberi hadiah besar hanya karena anak didik menyelesaikan tugas sekolah atau makan dengan baik yang telah dilakukan hampir setiap hari.

   - Dampak negatif: Anak didik bisa kehilangan makna dan berpuas diri atau bahkan  menjadi terbiasa mengejar hadiah materi daripada berfokus pada proses atau usaha. Hal ini dapat mengurangi motivasi intrinsik anak dan membuat mereka kurang termotivasi untuk melakukan hal-hal positif tanpa imbalan langsung. Anak didik akan lebih fokus pada "apa yang saya dapatkan?" daripada "apa yang saya pelajari atau capai?"

  - Penyesuaian: Berikan hadiah untuk pencapaian yang bersifat baru (hadiah bisa berupa pujian ataupun benda) dan tanyakan pemahamannya tentang hadiah yang diterimanya serta tanyakan selanjutnya apa dan bagaimana anak didik akan bertindak.

 2. Menggunakan hukuman fisik atau ancaman

   - Cara bisa salah: Ancaman atau hukuman sebagai cara untuk memotivasi anak agar melakukan tugas tertentu. Misalnya, orang tua mungkin mengatakan, "Jika kamu tidak belajar, kamu tidak akan bisa bermain game," atau "Jika kamu mendapatkan nilai buruk, kamu tidak akan boleh keluar rumah." 

- Dampak negatif: Hukuman atau ancaman dapat membuat anak didik melakukan tugas atau aktivitas bukan karena mereka ingin melakukannya, tetapi karena takut. Menanamkan rasa takut dapat menimbulkan trauma, membuat anak didik mudah cemas dan dapat menciptakan hubungan yang penuh ketegangan antara pendidik dengan anak didik.

- Penyesuaian: Tanyakan kepada anak didik apa target pembelajarannya, apa konsekuensi yang perlu anak didik lakukan jika hasil pencapaian pembelajaran tidak sesuai dengan target, dsb. Ajarkan anak didik untuk berpikir mandiri dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perilakunya. Jika jawaban anak didik tidak sesuai dengan norma maka, tanyakan kenapa anak didik tersebut memiliki pemikiran seperti itu lalu. Buatlah anak didik paham terhadap pola pikir, keputusan dan perilakunya tanpa ancaman dan hukuman fisik.

  

 3. Membandingkan anak didik dengan individu Lain

   - Cara bisa salah: Membandingkan anak didik dengan individu lain yang dianggap lebih sukses atau lebih pintar seperti: "Lihatlah temanmu, dia selalu dapat nilai A kenapa kamu tidak bisa seperti dia?" atau "Mengapa kamu tidak bisa pintar seperti kakakmu?"

  - Dampak Negatif: Membandingkan anak didik dengan orang lain dapat menyebabkan perasaan rendah diri (minder) dan ketidakpuasan pada dirinya. Anak didik merasa bahwa mereka tidak cukup baik dan ini bisa mengarah pada penurunan motivasi serta hilangnya rasa percaya diri. Bahkan anak didik bisa merasa tertekan untuk selalu memenuhi standar yang tidak realistis atau tidak sesuai dengan kemampuan mereka.

- Penyesuaian: Pahami kelebihan dan kekurangan anak didik anda secara personal. Berilah motivasi berdasarkan kelebihan yang dia miliki dan cari tahu bantuan  apa yang bisa anda berikan untuk membantunya melalui kesulitan yang sedang dialaminya.

 4. Menggunakan kecaman 

   - Cara bisa salah: Kecaman atau kritik tajam untuk memotivasi anak mereka, seperti mengatakan, "Kamu selalu gagal! Kenapa tidak bisa seperti anak lain?" atau "Apa yang salah dengan kamu? Kenapa tidak bisa lebih baik?"

- Dampak Negatif: Kecaman yang berlebihan atau tidak konstruktif dapat merusak harga diri anak didik dan menciptakan perasaan tidak berharga. Anak didik bisa menjadi enggan untuk mencoba atau bahkan merasa tidak ada gunanya untuk berusaha karena mereka merasa selalu gagal sesuai pandangan prndidiknya. Selain itu kritik yang tidak membangun hanya memperburuk hubungan dan menurunkan semangat anak.

- Penyesuaian: Awali komunikasi dengan pertanyaan yang dapat membuat anda memahami kondisinya dan memberikan bantuan yang lebih sesuai. Seperti "Cerita dong bagaimana kamu bisa memiliki nilai rendah" lanjutkan dengan pertanyaan apa yang anak didik pahami dengan situasi yang dialami dan apa yang perlu dia lakukan untuk memperbaiki situasi tersebut.

 5. Memberikan kebebasan yang bablas

   - Cara bisa salah: Pendidik menuntut hasil yang sempurna dalam hal akademik, kegiatan ekstrakurikuler, maupun prestasi lainnya, dengan memberikan kebebasan tanpa monitoring dan dukungan emosional yang cukup . Misalnya: pendidik yang memotivasi anak didik dengan memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa monitoring sambil menuntut anak didk untuk selalu menjadi yang terbaik tanpa memberikan ruang bagi anak untuk merasa bangga dengan usaha mereka, atau tanpa mengakui rasa lelah anak.  

- Dampak Negatif: Anak didik yang merasa tidak didukung secara emosional bisa merasa terisolasi dan tidak dihargai. Hal ini dapat menurunkan motivasi anak untuk melakukan yang terbaik, karena mereka merasa bahwa mereka tidak akan pernah cukup baik, juga bisa merasa tertekan dan cemas yang justru menghambat perkembangan mereka.

- Penyesuaian: Anak didik adalah individu yang membutuhkan dukungan emosional untuk membentuk mereka menjadi individu yang humanis. Karena itu sepintar atau semandiri apapun anak didik anda sediakan waktu untuk melakukan monitoring dan review proses dari hasil kegiatan yang mereka lakukan.

  

 Opini:

Cara pendidik memotivasi anak didik dengan tujuan baik menjadi salah jika menyebabkan dampak jangka panjang pada perkembangan mental, emosional dan sosial anak didik yang tidak sesuai dengan harapan. Anak didik yang dimotivasi dengan cara yang salah dapat kehilangan motivasi intrinsik, merasa tertekan bahkan kehilangan rasa percaya diri. Untuk itu penting bagi pendidik untuk menyesuaikan cara memotivasi anak didiknya. 

Memotivasi dengan cara yang mendukung perkembangan motivasi internal seperti: memberikan penghargaan berdasarkan usaha, mendengarkan perasaan anak didik, memberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan, serta menghargai proses belajar anak didik. 

Dengan demikian anak didik dapat tumbuh menjadi individu yang termotivasi secara sehat, percaya diri dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. 

Contoh cara memotivasi yang disebutkan diatas berdasarkan pengalaman, hasil wawancara penulis dengan orang-orang yang penulis temui dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anda yang memiliki pandangan berbeda atau mengetahui contoh motivasi lainnya yang dapat membuat trauma atau merusak pola pikir dan perilaku silahkan tambahkan pada kolom komentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun