PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID 19 DI PROVINSI RIAU
Â
Dunia pendidikan terdampak imbas sangat besar di masa pendemi ini, sekolah tatap muka langsung belum dibolehkan. Akibatnya sangat banyak untuk siswa, dalam hal ini peran guru dituntut untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran secara daring, sehingga anak anak tidak jenuh dalam menerima pembelajaran tersebut, bagaimana tingkat pemahaman anak atas materi materi yang telah diberikan secara daring, melalui dialog interaktif antara guru dan anak, menimbulkan tingkat pemahaman anak atas materi yang baik. Namun, pembelajaran daring siswa juga dituntut untuk selalu mengikuti daring dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam pembelajaran tersebut secara tuntas. Anak harus belajar secara virtual, di mana dialog interaktif antara guru dan anak tidak semudah kalau secara tatap muka. Tingkat pemahaman anak atas materi yang diberikan tentulah berbeda beda, banyak yang tingkat pemahaman kurang, karena ketidaksungguhan dalam proses pembelajaran. Orangtua di saat pembelajaran daring sangat diperlukan oleh anak, terutama pada anak-anak tingkat SD, orang tua dituntut untuk dapat menjelaskan apa yang dijelaskan oleh pengajar, dan dapat membantu mengerjakan tugas pekerjaan rumah anak-anak. Dalam hal ini orang tua juga wajib memberi  fasilitas untuk mendorong pembelajaran daring untuk anaknya, misalnya handphone, kuota, laptop dan sebagainya. Tidak semua orang tua dapat memberikan semua fasilitas tersebut, untuk orang tua yang ber ekonomi pas-pasan akan sulit jika untuk membelikan handphone. Jangankan untuk membeli handphone untuk makan saja sudah sulit.  Sehingga berdampak kepada anaknya untuk tidak melanjutkan sekolah. Masyarakat yang berada  dalam perdesaan semakin banyak orang tua yang tidak mampu untuk mefasilitasi semua yang diperlukan untuk pembelajaran daring, karena dampak pandemic seperti ini orang tua yang bekerja sebagai buruh juga diberhentikan karena adanya pandemic seperti saat ini.
Di daerah Pekanbaru  Pengambilan sampel melalui metode purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah data ordinal melalui e-kuesioner (google form), melalaui summative response scale dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi dengan 4 pilihan jawaban. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pembelajaran selama pandemi menggunakan berbagai aplikasi yang dominan adalah Google Meet (22,47%), Google Classroom (17,95%), Whatsapp (15,56%), dan Schoology (11,70%). Pelaksanaan PJJ sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran karena dosen memvariasikan penggunaan aplikasi, interaksi berjalan dengan lancar, dan dosen memotivasi mahasiswa. Harapan mahasiswa terhadap PJJ online adalah adanya subsidi kuota, adanya prioritas matakuliah, kemauan mendalami berbagai aplikasi dan adanya keberlanjutan setelah pandemi. Penyebab PJJ online tidak efektif adalah karena tidak disupport oleh beberapa hal, yaitu perubahan mindset dan motivasi pelaksana (dosen dan mahasiswa), keterbatasan sarana prasarana seperti jaringan internet, tools (laptop/gawai yang multitasking), dan kesiapan teknologi institusi (platform dan learning manajemen system, perencanaan pembelajaran yang sistematis dan komprehensif, pelaksanaan yang efektif dan efisien (mudah diakses dan dipelajari), budaya belajar, pedagogi e-learning, dan atmosfer akademik, pelatihan teknis dan tingkat penguasaan pengguna, dan manajemen waktu.
Dalam dunia perkuliahan digunakan pembelajaran menggunakan media seperti google classroom dan google meet ataupun zoom meeting, dengan penggunaan media aplikasi tersebut mahasiswa diwajibkan untuk memiliki kuota yang dapat digunakan untuk perkuliahan daring, namun jika terkendala oleh jaringan hal ini menimbulkan mahasiswa tidak mengikuti perkulian dan akibatnya juga mahasiswa tertinggal materi pembelajaran. Dalam penggunaan aplikasi tersebut tidak dapat diterapkan untuk siswa sd, smp, dikarenakan banyak yang belum bisa menggunakan handphone. Untuk hal itu orang tua berperan penting seperti bergabung dengan grup whatsaap yang didalam nya beranggotakan semua orang tua yang memiliki whatsaap agar nantinya tugas yang diberikan dari guru dapat dibagikan melalui grup whatsaap tersebut, namun banyak juga orang tua yang tidak menggunakan gadget seperti saat sekarang ini karena gagap teknologi, untuk hal itu sebagian siswa ataupun orang tua mengambil tugas ke sekolah dan mematuhi protocol kesehatan.
Dalam pembelajaran daring juga berdampak positive uuntuk mahasiswa, guru, dosen dan siswa, yaitu sistem berbasis teknologi yang berani tentunya membutuhkan institusi pendidikan, guru, siswa bahkan orang tua untuk melek teknologi. Ini sangat mempercepat transformasi teknologi pendidikan di negeri ini. Hal tersebut tentunya berdampak positif karena pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan sejalan dengan era Revolusi Industri yang terus berkembang, Kursus online gratis mulai berkembang di tengah pandemi Covid-19. Banyak lembaga bimbingan belajar menyediakan kursus online gratis atau beberapa dengan harga diskon. Selama pandemi ini, para pelajar tentunya akan menghabiskan waktunya untuk belajar di rumah. Dimana hal ini membutuhkan kolaborasi inovatif antara orang tua dan guru agar siswa dapat terus belajar online secara efektif. Selama pandemi ini, banyak dilakukan pelatihan bagi para guru dengan tujuan memberikan pembinaan guna menentukan metode pembelajaran yang bisa diterapkan pada saat pandemi, yang tentunya berbasis teknologi. Jika proses pembelajaran pada umumnya menggunakan buku cetak sebagai sumber belajar utama, maka dalam proses pembelajaran online internet merupakan sumber informasi yang dapat digunakan. Internet tidak lagi hanya digunakan oleh siswa sebagai sarana hiburan atau bermain media sosial, tetapi juga digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pelajaran yang diajarkan. Seperti mengakses buku digital, video pembelajaran dan lain sebagainya.
      Pada Januari 2022 Peserta didik tingkat SMP sudah melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, meski baru sekadar uji coba. Untuk murid sekolah dasar atau SD sampai kini belum ada rencana. pembelajaran tatap muka juga tidak tertinggalkan dengan protocol kesehatan yang sangat ketat. Siswa dan tenaga pendidik wajib  vaksinasi, hal ini dikarenakan untuk perlindungan tubuh karena dengan adanya vaksinasi daya tubuh akan semakin kuat. Tenaga pendidik dan guru sudah vaksin 90 persen melebih target syarat 80 persen. Vaksin lansia di kota pekanbaru juga sudah 60 persen. PTM boleh dilakukan setiap hari dengan jumlah peserta didik 100 persen dari kapasitas ruang kelas, sedangkan waktu belajar dibatasi paling banyak enam jam pelajaran per hari. Pembelajaran tatap muka (PTM)di Kota Pekanbaru direncanakan buka 100 persen. Sebab, sejumlah wilayah sudah diizinkan melaksanakan PTM oleh Satgas Nasional. Tapi, perlu kajian yang matang untuk menerapkan PTM 100 persen. Apalagi pemerintah pusat mengizinkan PTM dibuka 100 persen dengan sejumlah catatan. Salah satunya daerah tersebut berada pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 dan 2. Tim Satgas penanganan Covid-19 Kota Pekanbaru telah mempertimbangkan. Apalagi pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama dua tahun tetap dengan catatan. Sekolah yang melaksanakan PTM 100 persen harus vaksin, dan jangan diabaikan untuk tetap disiplin protokol kesehatan,kepada sekolah swasta agar tetap mengikuti regulasi yang dibuat Dinas Pendidikan. Mereka harus komitmen ikut regulasi dalam penerapan prokes. Dinas pendidikan juga mengawasi semua, minta komitmen, jika ada yang melanggar,sekolah itu  langsung diberi disanksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H