Mohon tunggu...
Iredho Fani Reza
Iredho Fani Reza Mohon Tunggu... -

Smart >>> Kandidat Master Psikologi Islam >>> Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Al-Qur'an Sebagai Terapi Psikologis

15 Juli 2014   18:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:16 2802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis

Oleh: Iredho Fani Reza, S.Psi.I

Disampaikan Pada Tausyiah Ramadhan

Di Musholla Al-Amin Ciputat Kota Tanggerang Selatan

Pada Hari Minggu Tanggal 13 Juli 2014

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Alhamdulillahhirabbila’lamin Wabihi Nastaii’nu A’laa Umuriddunya Waddin. Wassholatu Wassalaamu A’laa Asyrofil Anmbiyaa Iwal Mursaliin. Wa A’laa Aalihii Wasohbihii Aj’maiin. Amma Bakdu.

Para ulama, Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Pemuda dan Pemudi, serta adik-adik yang saya Cintai. Segala Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Karena pada hari ini, kita masih diberikan nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan, serta malam ini kita diberikan Allah Swt nikmat iman dan nikmat takwa. Sehingga kita dapat berada di Musholla ini untuk mengisi malam bulan suci Ramadhan dengan ibadah kepada Allah Swt.

Selain itu, semoga rahmat dan salam tetap kita sampaikan kepada Nabi yang tidak akan ada Nabi lagi sesudahnya, yaitu Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa risalah kebenaran untuk seluruh umat manusia, beserta keluarga dan para sahabatnya yang berjuang untuk membumikan risalah kebenaran dari Allah Swt.

Kaum Muslimin wal Muslimat yang berbahagia.

Saya sangat bahagia malam hari ini, karena bisa berjumpa dengan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Sekalian. Dalam kesempatan ini, saya akan berbagi sedikit pengetahuan agama dalam sebuah kultum singkat yang saya beri judul “Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis”.

Sebentar lagi, tanggal 17 Ramadhan akan tiba. Dan tentunya kita insyaAllah tidak akan lupa dengan tanggal itu, dimana terjadi peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat manusia, ialah malam pertama diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Atau yang kita kenal dengan Nuzulul Qur’an.

Kaum muslimin wal muslimat yang di rahmatin Allah

Al-Qur’an memiliki banyak aspek keistimewaan dan kemukjizatan. Salah satunya yaitu mukjizat psikologis. Al-Qur’an diyakini sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energi daya gugah yang luar biasa, serta semacam pengaruh yang dapat melemahkan dan menguatkan jiwa seseorang.

Seperti peristiwa keislaman Umar Bin Khattab RA. Setelah membaca lembaran ayat-ayat Al-Qur’an, menjadi bukti kemukjizatan Al-Qur’an secara psikologis ini. Dalam Surat (QS. Al-Anfal ayat 2) Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin (yang sempurna) adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetar hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, bertambah iman mereka”.

Banyak kita ketahui dimedia massa di Indonesia yang memberitakan kemerosotan psikologis manusia, yang ditampakkan dengan serangkaian perilaku negatif bahkan cenderung melanggar norma-norma dan nilai-nilai agama. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2011, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. Selain itu, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013, terdapat 1.728 orang mengalami gangguan jiwa berat. Masya Allah. Hal ini mengindikasikan banyak aspek psikologis manusia yang sudah merosot kesehatannya.

Dalam disiplin ilmu psikologi, banyak dikembangkan terapi psikologis. Salah satu diantara banyak terapi psikologis yaitu terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy), terapi psikologis yang berfokus pada pembentukan perilaku. Penggabungan antara terapi berpikir dan terapi perilaku. Terapi ini dikembangkan oleh Beck pada tahun 1960. Terapi CBT banyak sekali manfaat yang telah dirasakan oleh pasien yang menderita kecemasan, stress, dan depresi.

Dalam konteks psikologi Islam, dalam diri manusia, penyakit bisa  berasal dari tiga faktor yakni,

1.Sakit fisik, dari pencernaan.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :“Sumber dari segala penyakit adalah perut, perut adalah gudang penyakit dan berpuasa itu obat”

(H.R. Muslim)

Maha Suci Allah, bertahun-tahun kemudian seorang ahli bedah perut dari Inggris, Dr. William Arbhthnet Lane mengemukakan pendapat yang membenarkan sabda Nabi Saw.tersebut, dia berkata:  “Hanya ada satu penyakit,  yaitu tidak sempurnanya pencernaan”

2.Sakit Psikis

Psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik. Dengan kata lain, psikosomatis adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh program pikiran negatif dan/atau masalah emosi seperti stress, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa, dan emosi negatif lainnya.

Solusi : Ikhlas, Forgiveness Theraphy (terapi memaafkan), meminta maaf.

3.Sakit karena gangguan Jin, Sihir dan ‘Ain

Untuk ketiga hal tersebut, Bagaimana mencari kesembuhan dengan yang sesuai tuntunan? Allah Swt berfirman dalam Al Quran:

“Kami turunkan dari Al-Qur’an ini, yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang mukmin.” (Al Israa’:82)

Dalam ayat yang lain juga dijelaskan:

“....Katakanlah Muhammad,”Bagi segenap orang-orang yang beriman Al-Qur’an menjadi petunjuk dan juga obat.”(QS.Fushshilat:44).

Itu artinya dalam (bacaan) Al Quran terdapat energi, yang dengan izin Allah Swt, mampu memberikan kesembuhan penyakit yang diderita manusia.

Riwayat dari Abdurrahman Ibn Abu Laila, disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw dan berkata: Saudaraku sedang sakit wahai Rasulullah. Nabi bertanya: Sakit apa saudaramu?, Sejenis penyakit hilang ingatan, jawab laki-laki itu. Lalu Nabi memerintahkan: “Bawalah ia padaku”. Setelah si pasien dihadapkan kepada Rasulullah, lau beliau menerapinya dengan membacakan ayat-ayat dari beberapa surah Al-fatiha, Al-Baqarah dan surat lainnya di dalam Al-Qur’an. Setelah beberapa kali diterapi si pasien sembuh dan normal kembali.

Ada kecenderungan, kebanyakan orang lebih memperhatikan kesehatan fisik dibanding kesehatan jiwa. Sebenarnya gangguan mental emosional bisa disebabkan oleh masalah lingkungan, masyarakat atau pribadi. Kondisi lingkungan saat ini memberikan cekaman luar biasa, bukan hanya faktor fisik yang terkena imbasnya, faktor mental emosional bahkan lebih rentan. Kondisi kota besar yang diwarnai kemacetan, polusi udara, kebisingan dan ruang hidup yang makin menyempit memberikan tekanan luar biasa sehingga kondisi mental emosional senantiasa bergejolak.

Kondisi masyarakat yang cenderung mengarah pada trend budaya materialisme dan individualisme, menyebabkan kompetisi yang makin tidak sehat. Kemerosotan ahlak, moral atau etika pada masyarakat menyebabkan iklim sosial yang kurang sehat dan tidak kondusif. Cekaman kehidupan sosial ekonomi menyebabkan berbagai kalangan usia mengalami tekanan mental emosional, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Tak heran jika beragam kompensasi atau pelarian pun bermunculan, mulai dari narkoba, tawuran, selingkuh dan berbagai penyimpangan lainnya.

Hal lain yang menjadi pemicu gangguan mental emosional ialah adanya kesulitan pribadi, baik yang bersifat subyektif atau obyektif. Arena kehidupan itu penuh dinamika dan tantangan, setiap orang harus menjalaninua. Namun ada yang piawai, biasa saja dan ada yang tidak mampu beradaptasi. Ada orang dengan karakter unggul sehingga mampu mengatasi berbagai kesulitan dan persoalan, ada juga orang yang cengeng, tidak berdaya dalam menghadapi beragam ujian.

Sebagai dampak dari ketidak-mampuan meredam gangguan mental emosional, dalam hal ini Dr Vernon Coleman, maka berbagai gangguan yang bersifat mental emosional, bahkan fisik pun bermunculan.

Bisa diduga bahwa sebagian orang yang mengalami gangguan berbagai penyakit fisik, sebenarnya dipicu oleh gangguan kesehatan jiwa. Sebagai contoh, sebagian penderita gangguan maag atau penderita tukak (radang) lambung, sebenarnya bukan disebabkan oleh lambungnya yang bermasalah, namun lebih disebabkan oleh gangguan mental emosional.

Oleh karena itu, alqur’an hadir sebagai terapi bagi psikologis manusia. Menurut Prof. Komaruddin Hidayat dalam bukunya “Psikologi Beragama”, beliau menjelaskan bahwa banyak ajaran agama yang sulit dipahami, diterangkan, dan dipraktekan tanpa dukungan psikologi dan kedokteran.

Misalnya larangan agama untuk mengkonsumsi narkoba, ilmu kedokteran sangat berjasa menerangkan bahaya sehingga ajaran agama lebih mudah diterima dan memiliki dukungan rasional atas larangannya. Dari analisis ilmiah, apa yang dilarang agama selalu mengandung bahaya bagi pelakunya, sedangkan yang diperintahkan selalu mengandung kebaikan.

Hal ini pun sudah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwasannya, manusia yang sehat mentalnya ada empat kriteria, yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikologis, sehat secara sosial, dan sehat secara spiritual.

Kaum Muslimin wal Muslimat yang disayangi Allah

Mungkin kita pernah menonton acara TV bulan Ramadhan ini, Buk Pak, bukan film sinetron Tukang Bubur Naik Haji ya Buk, atau sinetron lainnya. Tapi acara Hafiz Qur’an Cilik yang ditayangkan oleh beberapa stasiun TV. Subhanaallah kalu kita lihat, banyak generasi muda menjadi penghafal Qur’an. Lebih dari itu, saya pernah lewat sini ketika sore ketempat teman saya dibelakang ini, saya melihat banyak juga anak-anak kecil yang rajin mengikuti ngaji disini. Mudah-mudahan anak-anak lingkungan disini menjadi anak yang cerdas baik intelektual dan spiritualnya.

Berdasarkan dari penjelesan sebelumnya, saya mengajak diri saya sendiri dan kita semua untuk meningkatkan membaca al-Qur’an beserta memahami maknanya. Begitulah peranan Al-Qur’an sebagai terapi psikologis. Selain efek menenangkan dan menggetarkan jiwa. Al-Qur’an juga memiliki efek preventif, kuratif, dan terapeutik terhadap berbagai penyakit kejiwaan, spiritual hingga fisik.

Pengembangan dari Tausyiah Ramadhan oleh H. Hendra Zainuddin, M.Pd.I. Hendra Zainuddin, Tausyiah Ramadhan (Yogyakarta: Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan, Ar-Ruzz Media, 2013), 67-69.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun