Mohon tunggu...
IraWidya Zahara
IraWidya Zahara Mohon Tunggu... -

Nutrisionist | Author | Blogger | Reporter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cegah Balita Stunting Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan

6 Desember 2017   19:03 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:51 9370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya menggendong makhluk tuhan berperawakan mungil dan ringan ini, detakan jantungnya terasa sedikit lebih kencang diiringi suara rogokan yang terdengar dalam setiap nafasnya. 

Padahal usianya hampir genap 2 tahun, namun kakinya masih tertahan untuk melangkah dan belum sanggup berkata-kata. Senyumnya yang ceria seperti balita lainnya pun seolah tak seirama dengan sorot matanya yang tak berbinar. Balita ini mengalami gizi buruk dan juga stunting. Ia sulit mengalami kenaikan berat badan karena kurangnya asupan makanan. Ibu Nelly, Bidan setempat menjelaskan kurangnya asupan makanan ini disebabkan oleh adanya lubang pada jantung yang membuat balita ini kesulitan bernafas sehingga membuat nafsu makan berkurang.

Apakah yang dimaksud dengan stunting?
Stunting adalah perawakan pendek yang diakbitkan oleh malnutrisi kronis. Tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya, dan lebih pendek jika dibandingkan dengan tinggi anak normal lainnya. dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked.,M.Gizi salah satu dosen departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor menerangkan bahwa stunting disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung. 

Faktor langsung yang menyebabkan stunting adalah kekurangan asupan makanan dalam jangka waktu yang lama dan terjangkit penyakit infeksi. Faktor yang secara tidak langsung menyebakan stunting adalah lingkungan terdekat mencakup pola asuh, pengetahuan gizi pengasuh, sanitasi lingkungan, dan kondisi ekonomi sosial keluarga.Apa yang akan terjadi jika anak mengalami stunting?
Balita yang mengalami stunting akan mengalami gangguan perkembangan dan penurunan fungsi kognitif. Dalam jangka panjang stunting berdampak pada penurunan kapasitas belajar dan peningkatan resiko obesitas dan berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Selanjutnya, hal ini berdampak pada produktivitas dan kualitas sumberdaya di masa depan. Dampak ini bersifat permanen atau tidak dapat kembali. Kemudian muncul pertanyaan, apabila stunting terjadi apa yang akan terjadi dengan masa depan balita Indonesia? Bagaimana kualitas sumberdaya manusia bangsa Indonesia di masa depan? Jika terus berlanjut, bukan tidak mungkin masa depan bangsa akan terancam. 

Stunting dapat dicegah pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

Stunting merupakan kurang gizi yang kronis, jadi seharusnya dicegah supaya tidak stunting,” terang dr Karina. Stunting dapat dicegah pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Seribu hari pertama kehidupan dimulai dari kehamilan ibu selama 270 hari (9 bulan), hingga anak berusia dua tahun yaitu 365 hari tahun pertama dan 365 hari tahun kedua anak. 

1000 HPK merupakan periode kritis karena kehidupan anak dimasa depan ditentukan oleh gizi pada 1000 HPK. Maka menjadi penting bagi orang tua khususnya ibu untuk memperhatikan gizi anak pada 1000 HPK. Dengan gizi yang optimal selama 1000 HPK ini dapat mencegah stunting. Lalu bagaimana cara pencegahan stunting? Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan gizi yang optimal pada setiap tahapan.

dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked.,M.Gizi salah satu dosen departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked.,M.Gizi salah satu dosen departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
1. Sebelum Kehamilan
Pencegahan stunting dimulai dari sebelum ibu mengandung. Seorang wanita perlu merencanakan kehamilannya. Sebelum hamil, ibu harus memastikan tubuhnya siap untuk mengandung.
  • Memastikan status gizi ibu baik, ibu yang akan mengandung harus dalam kondisi status gizi baik. Hal ini dapat diketahui dari lingkar lengan ibu lebih dari 23 cm. Jika lingkar lengan masih kurang dari 23 cm, artinya ibu mengalami kekurangan energi kronis (KEK) yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
  • Tidak mengalami anemia,sebelum hamil penting bagi ibu untuk memastikan tidak mengalami anemia. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung asam folat dan zat besi.

 “Kehamilan harus direncanakan, karena organogenesis atau pembentukan organ terjadi selama 8 minggu kehamilan dimana biasanya ibu belum sadar kalau dia hamil jadi sebaiknya sebelum hamil, sudah memperbaiki status gizi. Berat badan jadi normal dan minum TTD” terang dr Karina.


2. Selama Kehamilan (9 bulan kandungan)
Pencegahan stunting pada anak juga dimulai sejak dalam kandungan. Namun dalam tahap ini, terdapat beberapa poin penting yang harus diperhatikan pada kondisi ibu hamil. Apa saja yang perlu diperhatikan?

  • Menjaga status gizi ibu tetap normal. Status gizi yang berlebih ataupun kurang pada ibu hamil beresiko pada kehamilan dan kesehatan anak. Kurangnya zat gizi pada ibu selama kehamilan dan pada anak di awal kehidupan akan berdampak negatif untuk jangka panjang, yaitu dapat menyebabkan kerusakan perkembangan otak, menghambat pertumbuhan fisik, serta lebih rentan untuk terkena infeksi, dan penyakit.
  • Minum tablet penambah darah. Penting bagi seorang wanita hamil untuk minum penambah darah minimal 90 hari kehamilan, karena bayi dalam kandungan membutuhkan zat gizi serta asam folat yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dan mencegah cacat lahir.
  •  Menjaga asupan makanan yang bergizi. Pada trisemester pertama (3 bulan), ibu akan mengalami hiperemesis (mual dan muntah selama awal kehamilan), maka penting untuk tetap memperhatikan asupan makanannya.
  •  Melakukan pemeriksaan kandungan rutin, untuk memantau kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan.

3. Saat bayi lahir (0 - 6 bulan)

Jika di dua tahap sebelumnya sang ibu yang menjadi fokus utama, di tahap ke-3 ini bayi yang baru saja lahir hingga menginjak 6 bulan membutuhkan perhatian sebagai berikut :

  • Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Menempatkan bayi di dada ibu untuk mencari Air Susu Ibu (ASI) secara alami setelah bayi lahir. Hal ini penting bagi bayi karena pada proses ini terdapat kolostrum, yaitu cairan berwarna kuning kental pada ASI yang keluar pertama. Kolostrum ini mengandung protein yang tinggi dan rendah gula serta kaya akan senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, kolostrum juga mengandung immunoglobin A, yaitu sebagai antibodi yang dapat mencegah atau melawan penyakit pada bayi. IMD yang dilakukan dengan baik akan meningkatkan kesempatan pada ibu untuk dapat menyusui secara ekslusif.
  • Memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Selama 6 bulan pertama, bayi hanya memerlukan ASI, karena ASI mengandung zat gizi yang sempurna sehingga tidak perlu diberi apapun kecuali ASI.

Keberhasilan ASI Ekslusif ini tidak hanya ditentukan oleh sang ibu, tetapi juga dibutuhkan peran ayah dan lingkungan sekitar untuk mendukung melakukan ASI Ekslusif. dr. Karina menjelaskan bahwa terdapat beberapa pengecualian untuk tidak melakukan ASI ekslusif, yaitu perlu memperhatikan pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan berat badan minimum. Jika berat badan bayi pada bulan pertama tidak bertambah sesuai dengan berat badan minum, yaitu 800 gram. Maka, ibu harus segera menilai apakah hal tersebut terjadi karena teknik menyusui yang tidak benar, atau apakah bayi memang memerlukan suplemen, yaitu ASI donor atau Susu formula.

“Memang kita mendukung ASI Ekslusif, tapi jika keadaannya tidak memungkinkan, setelah di assess ternyata anaknya kurang, tidak usah memaksakan ASI ekslusif. Harus segera diperhatikan karena ini penting untuk pertumbuhan anak. Suplementasi juga tidak harus selamanya, jika sudah normal, suplementasi bisa dikurangi,” Tegas dr Karina.

4. Saat bayi umur 6 bulan hingga 2 tahun

Umur 6-24 bulan adalah periode penting karena anak mulai dikenalkan dengan makanan selain ASI. Faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

  • Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI). Sejak bayi berumur 6 bulan, selain ASI, bayi juga diberikan makanan pendamping ASI. ASI terus diberikan hingga umur 2 tahun. MP ASI diberikan tepat waktu, bergizi seimbang, aman, dan diberikan dengan cara yang benar. Praktik MP ASI yang benar berperan penting dalam mencegah stunting. Mengacu pada pedoman pemberian MP ASI dari WHO, pemberian MP ASI harus memperhatikan jumlah, tekstur, dan frekuensi sesuai dengan umur.

Makanan yang diberikan harus bervariasi untuk memastikan kebutuhan gizi terpenuhi. Pangan sumber protein seperti daging, unggas, ikan, telur sebaiknya diberikan setiap hari, karena protein berperan penting untuk pertumbuhan anak sehingga dapat mencegah stunting. Buah dan sayur kaya akan vitamin A juga harus dimakan setiap hari, untuk meningkatkan imunitas anak. MP ASI yang cukup menjadi salah pilar utama dalam mendukung pertumbuhan perkembangan anak.

  • Memperhatikan kebersihan perlengkapan makan anak. Kebersihan berperan penting dalam mencegah penyakit yang dapat berdampak pada stunting. Orang tua perlu memastikan tanganya bersih dengan cara mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan, serta Menggunakan peralatan yang bersih untuk menyiapkan makanan dan menyajikan makanan.
  • Memantau berat badan dan panjang badan anak. Membawa anak ke posyandu untuk memantau perkembangan berat badan dan panjang badan anak, hal ini juga membantu orang tua mengetahui status gizi anak serta dapat membantu mendeteksi dini gangguan pertumbuhan pada anak.
  • Memberikan vitamin A dan imunisasi sesuai jadwal. Vitamin A dan imunisasi berfungsi meningkatkan sistem imun tubuh dan mencegah infeksi, yang merupakan penyebab langsung stunting. Sehingga pemberian vitamin A dan imunisasi dapat membantu mencegahstunting.

Selamatkan masa depan anak pada periode emas 1000 hari pertama kehidupan
Selamatkan masa depan anak pada periode emas 1000 hari pertama kehidupan
Stunting dapat dicegah dengan solusi yang mudah dan murah. ASI ekslusif,  praktik pemberian MP ASI yang tepat, dan mencuci tangan dengan sabun  menjadi solusi yang tidak mahal dan dapat menyelamatkan anak di masa  depan. Investasi gizi di awal kehidupan menciptakan generasi bangsa yang  sehat dan lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun