Mohon tunggu...
Ira AyuAnanda
Ira AyuAnanda Mohon Tunggu... Sekretaris - Mahasiswa Kesehatan

tempat portofolio mahasiswa gabut

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Orang Sulit Menghilangkan Kebiasaan Buruk?

28 Agustus 2024   21:48 Diperbarui: 1 September 2024   17:18 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://www.thecoachingtoolscompany.com/7-easy-ways-to-be-ruthless-with-time-spent-email-social-media/?utm_source=ARTICLE&utm_medium=SOCIAL&ut

Kebiasaan buruk adalah perilaku yang sering kita lakukan meskipun kita tahu dampak negatifnya. Merokok, menunda-nunda pekerjaan, makan berlebihan, dan bermalas-malasan adalah beberapa contoh kebiasaan buruk yang umum. Meski banyak orang ingin mengubah kebiasaan ini, kenyataannya tidaklah mudah. Mengapa begitu sulit menghilangkan kebiasaan buruk? Ada beberapa alasan yang menjelaskan hal ini, mulai dari faktor psikologis hingga faktor biologis.

1. Pola Otak yang Terbentuk

Salah satu alasan utama mengapa kebiasaan buruk sulit dihilangkan adalah karena pola yang terbentuk di otak kita. Setiap kali kita melakukan suatu kebiasaan, otak menciptakan jalur saraf yang memperkuat kebiasaan tersebut. Semakin sering kebiasaan itu dilakukan, semakin kuat jalur saraf ini terbentuk, seperti jalur yang semakin jelas di tanah yang sering dilewati. Inilah yang membuat kebiasaan buruk sulit dihilangkan; otak sudah terbiasa dengan pola tersebut dan cenderung mengulanginya.

2. Pengaruh Reward dan Dopamin

Kebiasaan buruk sering kali memberikan sensasi reward atau penghargaan instan yang merangsang pelepasan dopamin, yaitu neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang. Misalnya, ketika kita makan makanan cepat saji atau merokok, otak melepaskan dopamin, membuat kita merasa senang untuk sementara waktu. Sensasi ini mendorong kita untuk mengulanginya, meskipun kita tahu efek jangka panjangnya buruk. Sistem penghargaan otak ini membuat kita terjebak dalam lingkaran kebiasaan buruk yang sulit dihentikan.

3. Zona Nyaman dan Rasa Takut terhadap Perubahan

Manusia cenderung merasa nyaman dengan rutinitas yang sudah dikenal, bahkan jika itu adalah kebiasaan buruk. Perubahan memerlukan usaha ekstra dan sering kali menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa takut. Ketika kita mencoba mengubah kebiasaan buruk, kita memasuki wilayah yang tidak diketahui, dan ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Akibatnya, kita cenderung kembali pada kebiasaan lama yang terasa lebih nyaman dan aman.

4. Kurangnya Kesadaran dan Ketekunan

Sering kali, kebiasaan buruk dilakukan secara otomatis tanpa kita sadari. Contohnya, menggigit kuku saat merasa cemas atau makan berlebihan saat stres. Kurangnya kesadaran ini membuat kita sulit mengidentifikasi pemicu kebiasaan buruk dan mengatasinya dengan efektif. Selain itu, proses mengubah kebiasaan membutuhkan ketekunan yang tinggi. Banyak orang yang menyerah di tengah jalan karena merasa sulit atau tidak segera melihat hasilnya.

5. Pengaruh Lingkungan dan Sosial

Lingkungan sekitar dan tekanan sosial juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kebiasaan buruk. Jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kebiasaan yang sama, sulit untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut. Misalnya, jika teman-teman merokok atau memiliki pola makan tidak sehat, kita akan lebih mudah terpengaruh dan melanjutkan kebiasaan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun