Diera informasi yang serba cepat ini, kita dihadapkan pada berbagai opini, saran, dan tuntutan dari banyak sumber, seperti keluarga, teman, media sosial, dan masyarakat luas. Suara-suara ini kerap kali mengarahkan kita pada berbagai jalur kehidupan yang berbeda, membuat kita bertanya-tanya, "harus jadi manusia seperti apa?" ketika terlalu banyak suara yang kita dengar, kebingungan dan kebimbangan sering kali muncul, membuat kita sulit menemukan jati diri dan arah yang sebenarnya kita inginkan.
Sejak kecil kita tumbuh dengan mendengarkan suara dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar yang memberi panduan tentang apa yang benar dan salah, apa yang diharapkan dari kita, serta bagaimana kita seharusnya hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak suara yang masuk ke dalam kehidupan kita, mulai dari teman sebaya, tokoh masyarakat, hingga suara-suara dari dunia maya yang sering kali menyuarakan standar yang berbeda-beda tentang kesuksesan, kebahagiaan, dan arti kehidupan itu sendiri.
Disatu sisi, keberagaman suara ini bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Kita dapat belajar dari berbagai sudut pandang, mengadopsi kebijaksanaan dari pengalaman orang lain, dan mengembangkan diri melalui nasihat yang diberikan. Namun, disisi lain terlalu banyak mendengarkan suara dari luar dapat membuat kita kehilangan kontak dengan suara hati kita sendiri. Alih-alih mendengarkan apa yang benar-benar penting bagi diri kita, kita justru terjebak dalam kebingungan antara memenuhi ekspektasi orang lain atau menemukan jalan kita sendiri.
Ketika kita terlalu fokus pada suara-suara dari luar, kita bisa merasa tertekan untuk mengikuti standar yang mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai dan keinginan kita sendiri. Misalnya, tuntutan untuk mencapai kesuksesan dalam karier, memiliki kehidupan sosial yang sempurna, atau memenuhi norma-norma tertentu bisa membuat kita merasa tidak pernah cukup, selalu merasa ada yang kurang, atau bahkan merasa gagal. Akibatnya, pertanyaan "harus jadi manusia seperti apa?" menjadi semakin sulit dijawab karena kita merasa terombang-ambing diantara berbagai pengaruh eksternal yang saling bertentangan.
Untuk menemukan jati diri ditengah kebisingan ini, penting untuk mengambil langkah mundur dan mendengarkan diri sendiri. Dalam kesunyian, kita dapat mulai mengeksplorasi apa yang benar-benar kita inginkan, apa yang membuat kita merasa bahagia, dan apa yang membuat kita merasa hidup. Ini bukan berarti kita harus sepenuhnya mengabaikan suara dari luar, tetapi kita perlu memfilter dan memprosesnya dengan bijaksana sehingga hanya suara-suara yang sejalan dengan nilai dan tujuan pribadi kita yang menjadi panduan dalam kehidupan.
Selain itu, penting untuk mengembangkan kepercayaan diri dan ketegasan dalam menghadapi tekanan dari luar. Ketika kita merasa yakin dengan diri kita sendiri dan apa yang kita inginkan, suara-suara dari luar tidak akan mudah menggoyahkan arah hidup kita. Kita bisa tetap terbuka terhadap nasihat dan pandangan orang lain, tetapi pada akhirnya keputusan tentang siapa kita dan siapa kita ingin menjadi harus datang dari dalam diri kita sendiri.
Dalam kesimpulannya, di tengah banyaknya suara yang kita dengar setiap hari, menemukan jati diri adalah perjalanan yang memerlukan refleksi mendalam, keberanian untuk mendengar diri sendiri, dan kebijaksanaan untuk memilih jalan yang sesuai dengan nilai dan tujuan hidup kita. Hanya dengan begitu, kita bisa hidup dengan autentisitas dan kepuasan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H